A.
JUDUL PENELITIAN
Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Devision (STAD) Berfasilitas Multimedia Pembelajaran
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Gugus III Kecamatan Tampaksiring.
B.
LATAR BELAKANG
Dalam usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan memegang peranan penting dalam
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan
hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas untuk menghasilkan
mutu pendidikan yang berkualitas. Peranan guru dalam proses pembelajaran ini
yaitu guru memiliki wewenang untuk mengatur dan menentukan proses pembelajaran
sehingga nantinya dapat menyebabkan siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan di SD Gugus III Kecamatan Tampaksiring bahwa rendahnya hasil
belajar siswa berkaitan dengan komponen-komponen pembelajaran IPA di sekolah,
diantaranya kurikulum, media, pendekatan, dan evaluasi. Saat ini pembelajaran
IPA yang digunakan di beberapa Sekolah Dasar (SD) sudah menggunakan model-model
pembelajaran tertentu yang mengarahkan siswa membentuk kelompok-kelompok kecil.
Walaupun sudah mengarahkan siswa belajar secara kelompok tetapi cenderung guru
masih mendominasi kegiatan pembelajaran serta keterbatasan penggunaan
media-media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Siswa
hanya sebagai penerima informasi sehingga membuat kecakapan berpikir siswa
rendah atau dengan kata lain pembelajaran dirasakan kurang bermakna serta minat
dan antusias belajar siswa dirasa kurang. Penggunaan model-model pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat sangat
berpengaruh terhadap efektivitas kegiatan pembelajaran di sekolah. Berbagai model pembelajaran inovatif yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran adalah pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning).
Terdapat berbagai tipe model pembelajaran kooperatif yang
telah dikembangkan antara lain, Teams Games Tournament (TGT), Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Teams Accelerated Instruction (TAI), Group Investigation (GI) ,dan Learning
Together (Nurhadi, Yasin, dan Senduk, 2004:64-65).
Dalam penelitian ini, tipe pembelajaran kooperatif yang
digunakan adalah STAD. Hal ini dikarenakan STAD merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 orang dengan kemampuan yang berbeda
dan cocok diterapkan di semua mata pelajaran. Inovasi media pembelajaran sangat
perlu digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu produk teknologi yang dapat digunakan sebagai inovasi
dalam pembelajaran adalah komputer. Surjono
(1999: 2) bahwa penggunaan komputer dalam bidang pendidikan hingga saat ini belum maksimal. Multimedia pembelajaran
merupakan komponen sistem penyampaian
pengajaran yang dapat digunakan dalam mendukung proses pembelajaran.
Pengembangan multimedia dilandasi oleh persepsi bahwa pembelajaran akan
berlangsung dengan baik, efektif, dan menyenangkan jika didukung oleh media
pembelajaran yang dapat menarik minat dan perhatian siswa.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, bahwa
model pembelajaran kooperatif diduga memiliki pengaruh terhadap hasil belajar,
begitu juga pemanfaatan Multimedia Pembelajaran yang memiliki unsur audio dan
visual diduga dapat menyampaikan informasi lebih mudah, cepat dan lengkap serta
dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Devision (STAD) Berfasilitas Multimedia Pembelajaran Terhadap
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Gugus III Kecamatan Tampaksiring.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
Apakah terdapat perbedaan hasil belajar mata
pelajaran IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berfasilitas Multimedia Pembelajaran dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa fasilitas
Multimedia Pembelajaran pada siswa kelas IV SD Gugus III Kecamatan
Tampaksiring ?
D.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar mata
pelajaran IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berfasilitas Multimedia Pembelajaran dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa
fasilitas Multimedia Pembelajaran pada siswa kelas IV SD Gugus III
Kecamatan Tampaksiring.
E.
Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat :
1.
Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
pada pengembangan dan kemajuan ilmu pendidikan yang nantinya dapat meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia pada saat ini.
2.
Praktis
2.1.
Bagi Siswa
Melalui penelitian ini siswa diharapkan dapat belajar
secara efektif dalam meningkatkan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran
IPA di sekolah dasar.
2.2.
Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada
guru khususnya dalam hal model pembelajaran dan media pembelajaran yang dapat
meningkatkan proses pembelajaran yang lebih efektif.
2.3.
Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang positif bagi perkembangan dan peningkatan kualitas sekolah.
2.4.
Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti
yang lain sebagai dasar dalam melakukan penelitian yang lebih luas lagi.
F.
Kajian Teori
1.
Model
Pembelajaran Kooperatif
1.1.
Pengertian
Model Pembelajaran Kooperatif
Eggen dan Kauchak (dalam Trianto,
2007) mendifinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi
mengajar yang digunakan guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari
sesuatu. Oleh karena itu belajar kooperatif juga dinamakan “belajar teman
sebaya”. Sementara menurut Slavin (1995) pembelajaran kooperatif merupakan
metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan
heterogen.
Senada dengan Abdurrahman dan
Bintoro, Slameto (2004 4) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi siswa yang satu dengan
yang lainnya, bukan hanya interaksi siswa dengan guru”. Dengan terciptanya.
interaksi ini sumber belajar siswa bukan hanya guru dan buku ajar saja, tetapi
juga teman sebayanya. Interaksi ini mengajarkan siswa mampu memanfaatkan
benda/orang dan segala sesuatu di dekatnya sebagai sumber belajar.
a.
Pencapaian tujuan, saling ketergantungan dalam
penyelesaian tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling
ketergantungan peran dan saling ketergantungan hadiah.
b.
Interaksi tatap muka yang menuntut para siswa dalam
kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog,
baik itu dengan sesama siswa maupun dengan guru.
c.
Akuntabilitas Individual artinya, walaupun pembelajaran
kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok,namun demikian,
penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi secara
individual. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota
kelompok secara individual.
d.
Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi maksudnya
adalah bahwa dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial dan sifat-sifat
yang bermanfaat dalam menjalin bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi
tidak hanya diasumsikan, tetapi sengaja diajarkan.
Terdapat tiga (3) hal yang menjadi
tujuan dari hasil belajar pembelajaran kooperatif di antaranya : (I) Hasil
belajar akademik pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan kepada
berbagai kelompok untuk kerja sama dalam
menyelesaikan tugas-tugas akademik.(2) Penerimaan terhadap perbedaan individu :
pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa dengan latar belakang dan
kondisi yang berbeda untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas
bersama melalui penghargaan kooperatif. (3) Pengembangan keterampilan sosial
pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk bekerja sama dan berkolaborasi
(Muslimin, dkk, 2000: 7-10)
Berdasarkan pendapat beberapa ahli
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu
pembelajaran kelompok kecil yang menuntut siswa. untuk bekerja sama dan
dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Hasil
belajar kooperatif mengacu pada 3 aspek, yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Sintak Model Pembelajaran Kooperatif ( Parwati, 2004)
Fase
|
Prinsip
Reaksi
|
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran tersebut
dan memotivasi siswa belajar
|
Fase 2
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan
|
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa tentang cara membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien
|
Fase 4
Membimbing kelompok
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas
|
Fase 5 Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
|
Fase 6
Memberikan Penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
|
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa
diberikan dua tanggung jawab yang harus mereka laksanakan yaitu: pertama semua
siswa terlibat dalam mempelajari dan menyelesaikan materi tugas yang diberikan
dan kedua, meyakinkan dirinya bahwa hasil yang diperoleh mempunyai manfaat bagi
diri mereka dan siswa lainnya dalam kelompok bersangkutan.
1.2.
Tipe-tipe
Model Pembelajaran Kooperatif
Meskipun berbagai prinsip
pembelajaran kooperatif tidak berubah, ada empat tipe yang bisa digunakan oleh
guru. Keempat tipe tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
1.2.1.
Tipe STAD
Tipe ini
dipandang sebagai yang paling sederhana dari model pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah
penerapan model ini diawali dengan (1) membentuk kelompok yang anggotanya = 4
orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll),
(2) Guru menyajikan pelajaran, (3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk
dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada
anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. (4) Guru
memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak
boleh saling membantu, (5) Memberi evaluasi, (6) Kesimpulan (Nurhadi, Yasin,
dan Senduk, 2004:64-65).
1.2.2.
Tipe Jigsaw
Melalui tipe
Jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 5 atau 6 siswa
dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa
dalam bentuk teks; dan siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian
akademik tersebut. Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki
tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama, selanjutnya
berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut (Nurhadi, Yasin,
dan Senduk, 2004:65).
1.2.3.
Tipe Group
Invenstigation (GI)
Tipe GI
sering dipandang sebagai tipe yang paling kompleks dan paling sulit untuk
dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Para guru yang menggunakan tipe GI
umumnya membagi kelas ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6
siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok juga bisa
didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik
tertentu. Para siswa memilih topik yang
ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai sub topik yang telah dipilih, kemudian
menyiapkan dan menyajikan suatu laporan
di depan kelas secara keseluruhan (Nurhadi, Yasin, dan Senduk, 2004:65).
1.2.4.
Tipe Struktural
Tipe
struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dapat mempengaruhi
pola-pola interaksi siswa. Struktur-struktur Kagan menghendaki agar siswa
bekerja sama saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif
(Nurhadi, Yasin, dan Senduk, 2004:66).
1.3.
Perbedaan
Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Pembelajaran Konvensional (Tradisional)
Dalam pembelajaran konvensional
(tradisional) dikenal pula adanya belajar kelompok. Meskipun demikian, ada
perbedaan esensial antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar
konvensional (tradisional). Abdurahman dan Bintoro, (2000:79-80) mengemukakan
sejumlah perbedaan tersebut sebagai berikut.
Tabel 1.3 Perbedaan antara kelompok belajar kooperatif dengan belajar
konvensional
(tradisional)
No
|
Kelompok belajar kooperatif
|
Kelompok
belajar Konvensional
|
1
|
Adanya
saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi
sehingga ada interaksi promotif.
|
Guru
sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan
diri pada kelompok.
|
2
|
Adanya
akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap
anggota kelompok dan kelompok diberi umpan
balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan
bantuan.
|
Akuntabilitas
individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah
seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lain hanya “ enak -enak
saja” di atas keberhasilan temannya yang dianggap “ pemborong”.
|
3
|
Kelompok
belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik
dan sebagainya, sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
|
Kelompok belajar biasanya
homogen.
|
4
|
Pimpinan kelompok
dipilih secara demokratis atau bergiliran untuk memberikan pengalaman
memimpin bagi para anggota kelompok.
|
Pemimpin
kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih
pemimpinnya dengan cara masing-masing.
|
5
|
Keterampilan
sosial yang diperlukan dalam gotong-royong seperti kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, memercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung
diajarkan.
|
Keterampilan sosial sering
tidak secara langsung diajarkan.
|
6
|
Pada saat
pembelajaran kooperatif sedang
berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan
intervansi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.
|
Pemantauan melalui observasi
dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok
sedang berlangsung.
|
7
|
Guru memperhatikan secara
langsung proses kerja kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
|
Guru sering tidak
memperhatikan proses kerja kelompok yang terjadi dalam kelompok belajar.
|
8
|
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi
yang saling menghargai).
|
Penekanan hanya sering
ditujukan pada penyelesaian tugas
|
2.
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) berfasilitas Multimedia Pembelajaran
Dalam bagian
ini akan dipaparkan penjelasan dari variabel bebas penelitian ini yaitu model
Pembelajaran Kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) dan Multimedia Pembelajaran .
2.1.
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Division (STAD)
2.1.1.
Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Menurut Wina
(2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran menggunakan sistem mengelompokkan atau tim kecil yang terbagi menjadi
4-5 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras
atau suku yang berbeda (heterogen). Slavin ( dalam Wina, 2008:242) pembelajaran
kooperatif model STAD, siswa dikelompokkan dalam kelompok belajar yang
beranggotakan empat atau lima orang siswa yang merupakan campuran dari
kemampuan akademik yang berbeda, sehingga setiap kelompok terdapat siswa yang
berprestasi tinggi, sedang dan rendah. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan
para alhi dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe STAD merupakan
pendekatan yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.
2.1.2.
Karakteristik pembelajaran STAD
( Student Team Achievement Division)
·
Menyampaikan materi pelajaran
·
Membagi siswa dalam kelompok kooperatif yang
beranggotakan 4 atau 5 siswa
·
Menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok
·
Membimbing siswa dalam kerja kelompok
·
Menugasi siswa melaporkan hasil kerja kelompok
·
Membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran
2.1.3.
Sintaksis/langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Nurasma
(2006:51) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran model STAD terdiri dari enam
langkah yaitu :
a.
Persiapan pembelajaran
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran ini perlu
dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pembelajaran(RP),
Buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa(LKS) beserta lembar jawabannya.
b.
Penyajian materi
Dalam menyajikan materi hendaknya guru melakukan sesuai
dengan apa yang seharusnya dan melakukannya secara menarik agar siswa yang
mulanya tidak suka dengan pelajaran tersebut menjadi tertarik dan akhirnya
menyukai dan menguasai
c.
Belajar kelompok
Dalam belajar kelompok haruslah memperhatikan cara
membentuk dan pelaksanaannya. Seperti misalnya dalam satu kelompok haruslah
heterogen dan berdasarkan akademik.
Kemudian pengaturan tempat duduk juga harus diperhatikan. Pengaturan tempat
duduk dalam kelas kooperatif harus diatur dengan baik agar menunjang
keberhasilan pembelajaran kooperatif. Untuk mencegah adanya hambatan pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama
kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu
dalam kelompok.
d.
Tes
Tes yang diberikan setelah pelaksanaan belajar kelompok
harus sesuai dengan apa yang sudah dibahas dalam belajar kelompok.
e.
Penentuan skor awal peningkatan individual
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif
adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis.
Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil
tes masing- masing individu dapat dijadikan skor awal.
f.
Penghargaan kelompok.
Penghargaan kelompok perlu dilakukan agar dapat
memotivasi siswa untuk lebih giat belajar dan dapat menyenangi pelajaran itu.
2.1.4.
Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Menurut
Davidson (dalam Nurasma, 2006:26) kelebihan model pembelajaran STAD adalah sebagai
berikut.:
·
Meningkatkan kecakapan individu
·
Meningkatkan kecakapan kelompok
·
Meningkatkan komitmen
·
Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
·
Tidak bersifat kompetitif
·
Tidak memiliki rasa dendam
·
Seluruh siswa menjadi lebih siap
·
Melatih kerja sama lebih baik
2.1.5.
Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Menurut
Slavin (dalam Nurasma 2006:2007) kelemahan model pembelajaran STAD adalah
sebagai berikut.:
·
Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
·
Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan
karena peran anggota yang pandai lebih dominan.
·
Kekurangan anggota kelompok semua mengalami kesulitan
·
Membedakan siswa
2.1.6.
Cara menanggulangi kelemahan
Dari
kelemahan yang ada dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD tentunya dicari
cara penanggulangan agar model pembelajaran ini bisa digunakan dengan baik.
Cara penanggulangannya adalah sebagai berikut :
1.
Dalam menyelesaikan tugas kelompok, tugas hendaknya
dibagi rata pada tiap anggota.
2.
Dalam pembentukan kelompok agar tidak terlalu terlihat
membedakan siswa antara yang bodoh dan yang pintar.
3.
Dalam berdiskusi guru hendaknya meminta untuk semua
anggota kelompok bekerja sama dengan baik dan semuanya harus aktif.
4.
Guru memberi tahu siswa bahwa walaupun berkelompok mereka
dinilai secara individual oleh guru. Ini
untuk mendorong semua siswa bekerja aktif.
2.2.
Multimedia
Pembelajaran
Multimedia secara etimologis, multimedia berasal dari
kata Multi (Bahasa Latin, nouns) yang berarti banyak, bermacam-macam, dan
medium (Bahasa Latin) yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau
membawa
suatu materi. Beberapa definisi multimedia menurut beberapa ahli,
diantaranya : 1. Kombinasi dari paling sedikit dua media. Media ini dapat
berupa audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar. 2. Alat
yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengombinasikan
teks, grafik, animasi, audio dan video. (Robin dan Linda) 3. Multimedia dalam
konteks komputer menurut Hofstetter adalah: pemanfaatan komputer untuk membuat
dan menggabungkan teks, grafik, audio, video, dengan menggunakan tool yang memungkinkan pemakai
berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi (Suyanto, 2003: 5). Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa multimedia merupakan perpaduan
dari beberapa elemen informasi yang dapat berupa teks, gambar, suara, animasi,
dan video. Program multimedia biasanya bersifat interaktif.
2.2.1.
Pengertian Multimedia Pembelajaran
Multimedia Pembelajaran adalah media yang menyajikan gabungan dua unsur atau
lebih media yang terdiri dari teks, image, animasi, audio dan video secara
terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajar (Samodra, Didik Wira. 2004 : 32).
2.2.2.
Manfaat Multimedia Pembelajaran
Menurut Ariasdi. (2008) manfaat yang dapat diperoleh dengan penggunaan
multimedia pembelajaran adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih
interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat
ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan
saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan. Manfaat di atas akan
diperoleh mengingat terdapat keunggulan dari sebuah multimedia pembelajaran,
yaitu:
a.
Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh
mata, seperti virus, bakteri, sel, elektron dan lain-lain.
b.
Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin
dihadirkan ke sekolah, seperti candi, gedung, gajah, rumah, gunung, dan
lain-lain.
c.
Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan
berlangsung cepat atau lambat, seperti sistem tubuh manusia, proses metamorfosis,
bekerjanya suatu mesin, beredarnya planet Bumi mengelilingi matahari,
berkembangnya bunga dan lain-lain.
d.
Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan,
bintang, salju, dan lain-lain.
e.
Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti
angin topan, badai salju, letusan gunung berapi, harimau, racun, dan lain-lain.
f.
Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.
2.2.3.
Karakteristik Multimedia Pembelajaran
Karakteristik multimedia pembelajaran adalah:
a.
Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya
menggabungkan unsur audio dan visual.
b.
Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan
untuk mengakomodasi respons pengguna.
c.
Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan
kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa
bimbingan orang lain.
(Samodra, Didik Wira. 2004 : 34).
3.
Hasil
Belajar
3.1.
Pengertian
Hasil Belajar
Hasil
belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku
yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari.
Menurut Sudjana Nana (2006:22) menyatakan hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Sedangkan Dimyati dan Moedjiono (2006:3) menyatakan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau tindak belajar. Oemar Hamalik (2007:30) menyatakan
hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan
dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Mulyono
(2003:37) menyatakan “ hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar”. Pendapat di atas memiliki kesamaan tentang
batasan dari hasil belajar yaitu suatu kemampuan maupun perubahan tingkah laku
akibat suatu proses belajar.
Berdasarkan
pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu
penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang.
Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang
selama-lamanya, karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi
individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan mengubah
cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Sedangkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu
hasil belajar yang dicapai oleh seseorang setelah mengalami proses interaksi
pembelajaran mata pelajaran IPA.
3.2.
Ciri-ciri
Hasil Belajar
Daryanto (2009:2)
menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut
Dimyanti dan Moedjiono (1994:110) hasil belajar mencakup : “(1) kemampuan untuk
mengingat kembali informasi bahan ajar, (2) kemampuan untuk mengungkap kembali
hal yang dimengerti, (3) kemampuan untuk menerapkan informasi, (4) kemampuan
untuk menilai informasi”.
Berdasarkan
pendapat yang dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
hasil belajar adalah sebagai berikut, a) adanya minat, perhatian, dan motivasi
belajar, b) terjadinya perubahan pada seseorang yang belajar, ia mengalami
perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan dari tidak tahu menjadi tahu
3.3.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil
belajar dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dalam diri siswa (internal)
dan faktor dari luar diri siswa (eksternal). Soemadi Suryabrata (1981:7)
menyatakan bahwa “ hasil belajar dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar
individu. Faktor dalam meliputi: keadaan indera, kematangan, intelegensi,
bakat, minat dan sebagainya.” Pendapat ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh A.A.Agung (2001:2) menyatakan “ hasil pembelajaran atau
pelatihan dapat dipengaruhi oleh faktor raw
input (pengetahuan awal peserta didik, kemampuan, dan lain-lain) dan faktor
environmental input, serta proses
belajar mengajar/pelatihan”. Dari pendapat tersebut diketahui bahwa hasil
belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari
luar individu.
Hasil
belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdapat dalam sistem pendidikan.
Hal ini juga dinyatakan oleh Tabrani Rusyan (1993:32) ” bahwa hasil belajar
yang dicapai siswa banyak ditentukan oleh faktor psikologis seperti :
kecerdasan, motivasi, perhatian, dan cita-cita peserta didik, kebugaran fisik,
dan mental serta lingkungan belajar yang menunjang”. Dari pendapat tersebut
juga dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar pada intinya
bersumber dari luar dan dalam diri individu.
Suharsimi
Arikunto dan Cepi Saffarudin Abdul Jabar (2004:2) menyatakan, Tiga faktor yang
berpengaruh dan menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik
yaitu : 1). Keadaan fisik dan psikis siswa yang ditunjukkan oleh IQ (kecerdasan
intelektual), EQ (kecerdasan emosi), kesehatan, motivasi, ketekunan,
ketelitian, keuletan dan minat. 2). Guru yang mengajar dan membimbing siswa
seperti latar belakang penguasaan ilmu, kemampuan mengajar, perlakuan terhadap
siswa. 3). Sarana pendidikan yaitu, ruang tempat belajar, alat-alat belajar,
media yang digunakan guru dan buku sumber belajar.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor dari dalam dan
faktor dari luar individu. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar tidak hanya
berkaitan dengan proses belajar saja, tetapi juga faktor lain yang bisa membawa
dampak terhadap pencapaian hasil belajar yang optimal.
3.4.
Hasil
Belajar IPA
Hasil
belajar IPA dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang telah tercantum dalam
kurikulum. Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat sains yang
meliputi IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA sebagai produk,
proses dan sikap ilmiah.
Dalam segi
produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi proses, siswa diharapkan memiliki
kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan dan menerapkan konsep yang
diperoleh untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Dari segi ilmiah, siswa diharapkan mempunyai minat untuk
mempelajari benda-benda di sekitarnya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis,
mawas diri, bertanggung jawab, dapat bekerja sama dan mandiri, serta mengenal
dan mengembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa.
4.
Kerangka Berpikir
Ada persepsi
umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan juga sudah menjadi harapan
masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk
mengajar dan menyodori siswa dengan informasi-informasi dan pengetahuan. Guru
perlu bersikap atau setidaknya dipandang oleh siswa sebagai yang maha tahu dan
sumber informasi. Buruknya lagi, siswa belajar dalam situasi yang membebani dan
menakutkan karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengejar hasil belajar yang
tinggi.
Nampaknya
perlu ada perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar siswa dan interaksi
antara guru. Sudah semestinya kegiatan pembelajaran untuk lebih
mempertimbangkan siswa. Selain itu arus proses belajar tidak harus berasal dari
guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang
lainnya. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk
bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur seperti
sistem pembelajaran kooperatif. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai
fasilitator dan siswa dituntut untuk lebih aktif.
Pembelajaran
aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif.
Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas
pembelajaran. Dengan ini secara aktif mereka menggunakan otak, baik untuk
menemukan ide pokok dari materi mata pelajaran, memecahkan persoalan, atau
mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada
dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, siswa diajak untuk turut serta
dalam semua proses pembelajaran, tidak cuma mental tetapi melibatkan fisik.
Dengan cara ini biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan
sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Sejumlah penelitian diantaranya
penelitian dari Ni Putu Yuli Trisnawati dan Dewa Ayu Vera Afsari Dewi menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang sangat positif terhadap
siswa yang rendah hasil belajarnya.
Berdasarkan
uraian di atas, diduga hasil belajar IPA akan berbeda antara siswa yang
mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berfasilitas Multimedia
Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV
SD Gugus III Kecamatan Tampaksiring.
5.
Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan
teori dan kerangka berpikir di atas, dapat diajukan hipotesis yang dirumuskan
sebagai berikut.
Terdapat
perbedaan hasil belajar mata pelajaran IPA antara siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berfasilitas
Multimedia Pembelajaran dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
tanpa fasilitas Multimedia Pembelajaran pada siswa kelas IV SD Gugus III
Kecamatan Tampaksiring.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar