Jumat, 14 September 2012

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 8 KESIMAN



A. Judul Penelitian    : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 8 KESIMAN
B. Latar Belakang
Peranan  pendidikan pada Era Globalisasi saat ini sangatlah penting, dimana pendidikan menjadi faktor utama dalam  meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik, oleh karena itu saat ini banyak metode/strategi pembelajaran, fasilitas belajar yang bermunculan dengan tujuan untuk menarik minat belajar siswa. Upaya – upaya yang dilakukan pemerintah  sudah merambah hampir ke semua komponen pendidikan seperti penambahan jumlah buku – buku pelajaran, peningkatan kualitas guru, pembaharuan kurikulum dan peningkatan kualitas pembelajaran yang mencakup pembaharuan dalam model, metode, pendekatan dan media guna mengoptimalkan kualitas pembelajaran. Rendahnya hasil belajar IPA saat ini sangat banyak dikarenakan oleh kurangnya pemahan dan keterampilan proses siswa untuk menemukan dan mengungkapkan suatu permasalahan itu sendiri dan hal tersebut dikarenakan minimnya fasilitas dan perlengkapan siswa untuk melakukan praktek IPA secara langsung dan hanya berpatokan pada buku ataupun penjelasan guru saja. Pembelajaran IPA tidak dapat hanya dipelajari melalui teori saja melaikan harus diimbangi dengan suatu percobaan dan praktek-praktek yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses siswa, tetapi masih banyak juga yang sering terjadi guru hanya memberikan penjelasan yang ada pada buku saja tanpa mementingkan praktek-praktek ataupun keterampilan proses siswa dalam memecahkan suatu permasalahan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa. Dalam memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat agar PBM khususnya mata pelajaran IPA tersebut dapat mencapai hasil yang maksimal dan dari model-model pembelajaran yang ada PBL lah yang paling tepat karena model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kreativitas dan memancing pengetahuan  siswa untuk memecahkan permasalah dengan memalui suatu keterampilan proses.  
Pembelajaran yang dapat dikatakan optimal adalah pembelajaran dimana guru tidak hanya menjelaskan saja tetapi siswa yang harus lebih aktif untuk mencari tahu dan membangun sendiri pengetahuannya dan peran guru sebagai fasilitator dan motivator, hal tersebut bertujuan agar siswa menjadi lebih mandiri/terampil dan aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Untuk menciptakan pembelajaran yang optimal harus memikirkan pendekatan dan media yang sesuai dengan materi. Tugas utama guru adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi secara optimal antara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru atau sebaliknya. Bagaimanapun  bagus dan idealnya pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka proses pembelajaran akan kurang bermakna. Guru diberikan kebebasan untuk memanfaatkan berbagai pendekatan dan metode  pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat,  keterampilan proses,perhatian, dan keaktifan siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. (Depdiknas, 2006:2)
 Joyce ( dalam Trianto, 2007:5) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Penerapan ajaran tut wuri handayani juga merupakan wujud nyata yang bermakna bagi manusia masa kini dalam rangka menjemput masa depan. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah ). Model pembelajaran ini menekankan pada pemecahan masalah yang diberikan guru berdasarkan informasi yang siswa miliki khususnya untuk pembelajaran IPA dimana pembelajaran IPA menuntut suatu keterampilan proses siswa untuk memehami secara detail karena pembelajaran ipa adalah suatu pembelajaran yang mengkaitkan antara lingkungan sekitar siswa dengan materi yang ada.tujuan pembelajaran IPA bagi siswa sangatlah besar sekali dimana dari suatu pembelajaran ipa siswa dapat mengetahui keadaan lingkungan sekitar siswa itu sendiri dan bagaimana proses  merawatnya. Sebelum memulai proses belajar di kelas, siswa diminta untuk mengobservasi masalah terlebih dahulu agar pembelajaran IPA lebih bermakna bagi siswa, artinya dengan melakukan kegiatan ini  siswa mengetahui tujuan belajar IPA tersebut . Adapun langkah-langkah yang dijalankan  dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah adalah : (1) menemukan masalah, (2) mendefininisikan masalah, (3) mengumpulkan fakta-fakta, (4) menyusun dugaan sementara, (5) menyelidiki, (6) menyempurnakan permasalahan yang di definisikan, (7) menyimpulkan alternative-alternatif pemecahan secara kolaboratif, (8) menguji solusi permasalahan ( Sukadi dan Santyasa 2009).
Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah ) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit, memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa. Sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang. Model pembelajaran PBL  ini mendorong siswa dapat berfikir kreatif, imajinatif, refleksi, tentang model dan teori, mengenalkan gagasan- gagasan pada saat yang tepat, mencoba gagasan baru, mendorong siswa untuk memperoleh kepercayaan diri. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), mata pelajaran IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa memiliki kemampuan : (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep- konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS (Depdiknas, 2006:2)
Pembelajaran Ilmu pengetahuan Alam, terutama di tingkat  SD sebaiknya  mengacu pada tingkat perkembangan siswa pada masa itu, yaitu tahap operasional konkret dan operasional formal. Menurut Piaget, belajar akan menjadi efektif bila kegiatan belajar sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual pebelajar, dan tidak ada belajar tanpa perbuatan. Hal ini disebabkan perkembangan intelektual siswa dan emosinya dipengaruhi langsung oleh keterlibatannya secara fisik dan mental dengan lingkungannya. Oleh karena itu pembelajaran  Ilmu Pengetahuan Alam di pendidikan dasar, hendaknya mengupayakan pembelajaran melalui aktivitas konkret, dengan menghadirkan fenomena alam dalam setiap pembelajaran. Fenomena alam dalam proses pembelajaran identik dengan lingkungan yang digunakan sebagai sumber belajar untuk memahami materi-materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik untuk siswa. Lingkungan manapun bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa .Pembelajaran dengan media lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah dasar. Hal ini relevan dengan tingkat perkembangan intelektual usia sekolah dasar (7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret.
Setiawan, dkk (2007) menyatakan bahwa Lingkungan dan alam sekitar bisa memberikan kegembiraan kepada siswa. Itu dapat di lihat di lapangan, di kebun, di pekarangan rumah bahkan di tempat- tempat yang kurang bersih. Di sekolah, siswa juga harus didekatkan dengan alam. Secara naluriah siswa akan merasa gembira apabila dekat dengan alam. Selain berfungsi sebagai media bagi siswa, masih banyak lagi manfaat lain dari alam yang tak kalah pentingnya bagi perkembangan kejiwaan siswa. Alam juga dapat menumbuhkan kreatifitas siswa. Dengan memperoleh pengalaman langsung melalui alam, rasa ingin tahu dan semangat belajar siswa akan bertambah.
Namun pada kenyataanya di  SD berdasarkan observasi yang telah dilakukan, dalam mata pelajaran IPA khususnya di SD Negeri 8 Kesiman kegiatan pembelajarannya masih dilakukan hanya dengan ceramah dan siswa pasif. Pembelajaran lebih ditekankan pada metode yang banyak diwarnai dengan ceramah, kurang menggunakan media serta masih berpusat pada guru. Hal ini mengakibatkan siswa kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang cenderung menjadikan siswa cepat bosan dan kurang berkonsentrasi pada saat belajar. Karena berbagai hal tersebut di atas mengakibatkan hasil belajar siswa kurang optimal terlihat dari belum tercapainya kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65.
Temuan terhadap permasalahan di atas menggambarkan bahwa kualitas proses pembelajaran IPA yang berlangsung di  SD Negeri 8 Kesiman khususnya kelas IV masih rendah. Hal tersebut tentu tidak dapat dibiarkan secara terus-menerus karena secara logika hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar IPA siswa.
Penanganan permasalahan seperti diuraikan di atas memerlukan suatu upaya praktis yang bertujuan memperbaiki proses pembelajaran ke arah yang lebih baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan model-model pembelajaran yang mengacu pada proses pembelajaran berpusat pada siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran Prolem Based Learning. Model pembelajaran Prolem Based Learning adalah salah satu model pembelajaran  yang sangat ideal diterapkan dalam pembelajaran IPA. Dengan topik IPA yang cukup luas dan desain tugas-tugas atau sub-sub topik yang mengarah pada kegiatan metode ilmiah, diharapkan siswa dan kelompoknya dapat saling memberi kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-hari, (Rusman,2010:221).
Berdasarkan uraian di atas, maka dilaksanakanlah penelitian yang berjudul “ PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) DENGAN MEDIA LINGKUNGAN ALAM SEKITAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 8 KESIMAN
C. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1)      Bagaimanakah penerapan model pembelajaran  Problem Based Learning dengan media   lingkungan  alam sekitar dapat meningkatkan keterampilan proses belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 8 Kesiman ?
2)      Bagaimanakah  penerapan model pembelajaran  Problem Based Learning dengan media   lingkungan alam sekitar dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 8 Kesiman ?
D. Tujuan 
            Adapun tujuan penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1)      Untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses penerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan media   lingkungan alam sekitar IPA siswa kelas IV SD Negeri 8 Kesiman .
2)      Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan media   lingkungan alam sekitar  IPA siswa kelas IV SD Negeri 8 Kesiman .
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adlah sebagai berikut.
  1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dipakai sebagai acuan bagi pengembangan pendekatan dan media pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
  1. Manfaat Praktis
1)        Bagi Siswa
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga siswa menjadi lebih mengusai materi dan prestasi belajar dapat meningkat. Dengan bantuan media pembelajaran yaitu lingkungan alam sekitar dalam pembelajaran disekolah dasar, proses pemahaman siswa akan lebih cepat dan kuat. Dengan pembelajaran yang menarik, materi akan mudah diingat dan dicerna oleh siswa. Pembelajaran yang menarik, dapat memancing rasa ingin tahu yang lebih besar sehingga siswa akan lebih aktif mencari informasi tambahan sehingga dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan dalam berbagai bidang yang berhubungan dengan mata pelajaran IPA.
2)      Bagi Guru
Informasi hasil penelitian dapat menjadi masukan berharga bagi para guru dalam melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Dengan menggunakan media lingkungan alam sekitar akan memudahkan guru dalan menyampaikan materi kepada siswa.
3)      Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam upaya pembimbingan dan pemanfaatan strategi pembelajran yang efektif dan efesien di sekolah. Disamping itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dalam upaya meningkatkan lulusan dan kredibilitas sekolah dengan adanya guru yang memiliki keterampilan dan keahlian dalam proses belajar mengajar seingga tercapailah tujuan pendidikan yang diharapkan oleh sekolah bersangkutan.
4)      Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapan dapat menjadi informasi berharga bagi para peneliti bidang pendidikan, untuk meneliti aspek atau variabel lain yang diduga memiliki kontribusi terhadap konsep- konsep dan teori- teori tentang pembelajaran.
  1. Kajian Pustaka
1.    Pembelajaran IPA
a.    Hakekat Pembelajaran IPA
          Ardana (2009:1) menyatakan, “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara arfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.”
          “IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya” (Darmojo dan Kaligis, 1992:3)
          Samatowa (2010:3) menyatakan, “IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia”.
          Pendapat tersebut senada dengan hal yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa, “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.
IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA harus diajarkan kepada siswa secara utuh baik sikap ilmiah, proses ilmiah, maupun produk ilmiah, sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk mencapai hasil optimal. Kemampuan siswa dalam menggunakan metode ilmiah perlu dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata. (Sukadi.2009:25)
          Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang rasional dan objektif yang mempelajari tentang alam semesta beserta isinya termasuk peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya yang tersusun secara sistematis dan diperoleh melalui proses penemuan.
b.    Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA
Berikut disajikan lima prinsip utama pembelajaran IPA tentang kebenaran dalam pembelajaran IPA yang dijadikan panutan untuk melaksanakan pembelajaran IPA, sebagai berikut: ( Sukadi dan Santyasa 2009).
1) Prinsip 1: Pemahaman tentang dunia di sekitar siswa di mulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupun non indrawi
2) Prinsip 2: Pengetahuan yang diperoleh ini tidak pernah terlihat secara langsung, karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran.
3) Prinsip 3: Pengetahuan pengalaman siswa ini pada umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuan, pengetahuan yang anda miliki. Pengetahuan yang demikian disebut miskonsepsi.
4) Prinsip 4: dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain.
5) Prinsip 5: IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur.

Faktor-faktor lain yang perlu mendapat pertimbangan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah, adalah sebagai berikut:
1)   Lingkungan belajar mendukung dan produktif.
2)   Lingkungan belajar menumbuhkan peningkatan kemandirian, kolaboratif, dan inovasi diri.
3)   Kebutuhan siswa, perspektif siswa, minat siswa tercermin dalam program belajar.
4)   Siswa ditantang dan didukung agar mengembangkan kemampuan berfikir kritis.
5)   Asesmen merupakan bagian integral dari pembelajaran
6)   Belajar menghubungkan siswa dengan masyarakat dan praktik yang berada jauh di luar kelas.
2.    Model Pembelajaran Problem Based Learning ( PBL )
Dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang bervariasi agar siswa tidak jenuh belajar. Salah satunya model PBL yang dapat merangsang kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi. Hal ini juga diungkapkan oleh Arnyana (2006:14) ” PBL merupakan salah satu model yang dapat digunakan meningkatkan hasil belajar ( kognitif, afektif, dan psikomotor ) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang menyajikan masalah sebagai rangsangan ( stimulus ) untuk belajar. Penyajian situasi masalah yang autentik dan bermakna kepada siswa dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Selain itu menurut Sanjaya (2006:214) PBL diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses permasalahan yang dihadapi secara ilmiah.
      Menurut Bound dan Feletti ( dalam Artawan, 2006) Model pembelajaran PBL adalah suatu model belajar yang menghadapkan siswa dengan masalah-masalah nyata yang memberi rangsangan untuk belajar. Dalam hal ini siswa diberikan masalah yang struktur sebelum mereka diberikan materi pelajaran agar siswa mampu menemukan sendiri konsep dalam pembelajaran.
      Menurut  Santyasa dan Sukadi ( 2009) tahap-tahap pembelajaran IPA Menggunakan Model Problem Based Learning yaitu :
a.    Menemukan masalah
Pada tahap ini pembelajaran mengungkapan masalah yang berhubungan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang diungkapkan oleh pebelajar nantinya ada peluang untuk melakukan penyelidikan, sehingga hasilnya akan berdampak pada : dengan ditemukannya masalah, berarti kreatifitas belajar akan meningkat, memotivasi pebelajar agar belajar menjadi menyenangkan, mendorong pembelajar memahami dan memperoleh hubungan-hubungan masalah dengan disiplin ilmu tertentu, informasi yang masuk ke dalam memori jangka panjang lebih diperkuat dengan menggunakan masalah yang berstruktur, (  Santyasa dan Sukadi 2009 ).
b.    Mendefinisikan masalah
Dalam mendefinisikan masalah pebelajar diharapkan menggunakan kalimat sendiri yang logis. Sebagai informasi awal diharapkan melibatkan kecerdasan intra-personal yang dimiliki dalam memahami dan mendefinisikan masalah.
c.    Mengumpulkan fakta-fakta
Pada tahap ini pebelajar mengingat kembali fakta yang sudah diperoleh sebagai pengetahuan untuk mengumpulkan fakta-fakta. Pebelajar menggunakan kecerdasan majemuk yang dimiliki untuk mencari informasi yang berhubungan dengan permasalahan.
d.   Menyusun dugaan sementara
Tahap ini pebelajar dapat merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
e.    Menyelidiki
Proses penyelidikan yang dilakukan pebelajar harus berkaitan dengan permasalahan. Dalam hal ini guru membuat struktur belajar yang memungkinkan pelajar dapat menggunakan berbagai cara untuk mengetahui dan memahami dunia mereka.
f.     Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan
Pada tahap ini pebelajar menyempurnakan kembali rumusan masalah dengan cara merefleksikan melalui gambaran nyata yang mereka pahami. Penyempurnaan ulang dilakukan agar penyelidikan terfokus pada permaslahan.
g.    Menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan secara kolaboratif
Pada tahap ini pebejar berkolaborasi mendiskusikan data dan informasi yang relevan dengan permasalahan dari berbagai sudut pandang.
h.    Menguji solusi permasalahan harus sesuai dengan permasalahan aktual melalui diskusi secara komprehensip antar anggota kelompok agar memperoleh hasil pemecahan terbaik.
Penerapan model PBL dalam kegiatan pembelajaran bukan merupakan transfer pengetahuan, tetapi siswa mengalami dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan melalui masalah yang dihadapi. Hal ini menjadikan siswa belajar lebih bermakna, sehingga siswa mampu untuk berfikir kritis dan memecahkan masalah yang dihadapi masing-masing kelompoknya.
Sintak model PBL dapat dilihat pada Tabel 01. (Diadaptasi dari Sutriani 2008 )
Fase
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Fase 1
Orientasi siswa kepada masalah
1.    Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut
2.    Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih oleh guru
3.    Peneliti menjelaskan bahan yang diperlukan
1.  Siswa    mendengarkan penjelasan guru  

2.  Mengerjakan pekerjaan yang diberikan

3.  Siswa mendengarkan penjelasan guru

Fase 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
1.    Guru membimbing siswa memecahkan masalah yang belum dapatdipecahkan oleh siswa serta mengorganisasikan tugas belajar.
1.  Siswa mengerjakan tugas kelompok yang diberikan guru dalam buku pelajaran dan lembar kerja siswa ( LKS  )
Fase 3
Membimbing penyelidikan idividu maupun kelompok
1.    Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan ninformasi yang sesuai permasalahan.
2.    Guru mendorong siswa melaksanakan diskusi untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
1.    Siswa mengamati objek yang sesuai dengan masalah yang ada dalam buku pelajaran dan lembar kerja siswa (LKS)
2.    Siswa melakukan diskusi kelompok
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
1.    Guru membantu siswa dalam merrencanakan dan menyiapkan karya seperti laporan, model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
1.    Siswa menunjukan hasil diskusi di depan kelas.
Fase 5
Menganalisis           dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
1.    Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses.
1.    Siswa menilai pekerjaanya sendiri dengan cara membandingkan dengan pekerjaan teman yang benar

3.    Media Lingkungan Alam Sebagai Media Pembelajaran
           Kata media berasal dari dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “ medium”, yang secara harfiah berarti “ perantara atau pengantar”  (Sadiman, 2006:6).
           Menurut Ibrahim, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan pebelajar dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa Media pendidikan adalah segala bentuk yang dapat dipakai sebagai sumber belajar yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar. (Suartama, 2008:6 ),
Pada hakekatnya proses pembelajaran merupakan suatu proses penyapaian pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Pesan ini disampaikan untuk menyalurkan informasi-informasi melalui komunikasi. Dalam penyampaian pesan inilah terdapat kendala-kendala yang membuat tujuan dari pesan yang disalurkan tidak sepenuhnya sampai kepada penerima pesan bahkan tidak jarang pesan tersebut tak sampai dengan benar kepada penerima pesan. Misalnya seorang guru yang menjelaskan tentang suatu konsep pelajaran, namun dari sekian banyak siswa yang mengikuti pelajaran hanya beberapa yang memahami secara betul tentang konsep yang disajikan sedangkan sisanya hanya menangkap sedikit saja bahkan ada beberapa siswa yang tidak menangkap sama sekali. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan suatu media pembelajaran agar tujuan pesan yang disampaikan dapat tercapai.
a.    Fungsi Media Lingkungan Alam
     Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran lingkungan alam sekitar sangat penting dalam proses penyampaian pelajaran kepada pebelajar agar tidak terjadi hambatan-hambatan sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima secara efekti,efisien dan pembelajaran lebih berfariasi sehingga guru tidak kehabisan ide untuk mengajar . (Suartama, 2008:6 ),
b.    Manfaat Media Pembelajaran
     Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien.
c.    Penggunaan Media Pembelajaran
     Penggunaan media dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan mengapa media pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan  proses belajar siswa, antara lain :
a.       Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b.      Bahan pengajaran. akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik
c.       Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.
d.      Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan dan mendemontrasikan
e.       Taraf berpikir siswa (manusia)mengikuti tahap perkembangan dimulai dan berpikir konkret menuju ke berpikir abstrak, dan berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks.
Menurut Setiawan dkk (2007) menyatakan bahwa  lingkungan belajar sangat penting bagi siswa yang sedang tumbuh dan berkembang. Oleh karena itulah guru memerlukan konsentrasi untuk meningkatkan lingkungan yang mampu memotivasi siswa. Contohnya lingkungan alam  sekitar sekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam proses belajar dan tidak jenuh berada dalam kelas saja.Lingkungan lain yang penting dalam memicu pertumbuhan intelektualdan emosional mereka adalah lingkungan keluarga. Keluarga disebut sebagai lingkungan pertama karena setiap individu berasal dari keluarga dan masa- masa pertama hidupnya di keluarga. Lingkungan masyarakat juga merupakan salah satu lingkungan yang ikut membentuk kepribadian seorang siswa. di dalam kelas yang dirancang dengan semenarik mungkin menggunakan gambar, warna, bentuk, dan tulisan dengan tema- tema yang memenuhi rasa etika, humor, dan konsep yang jelas yang dapat memberikan
Apabila guru memiliki kreativitas dan mampu menghubungkan antara tujuan pelajaran dengan lingkungan yang ada maka guru akan menemukan sumber belajar dan media yang tak terbatas. Sebelum memilih lingkungan untuk media belajar, maka ada baiknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1) lingkungan yang dipilih adalah lingkungan yang tidak membahayakan kesehatan dan jiwa siswa. 2) perhatikan masalah keamanan lingkungan yang akan digunakan dari orang- orang yang bertanggung jawab. 3) pemilihan lingkungan perlu disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan usia siswa. 4) pemilihan lingkungan berdasarkan tujuan belajar dan karakteristik siswa. 5) sebaiknya mencari alternatif lain apabila lingkungan yang diperlukan pelajaran memerlukan biaya mahal.
Beberapa sarana di lingkungan alam dan sekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yaitu:
1)      Taman
       Taman merupakan lingkungan yang paling baik untuk belajar. Taman dapat dimanfaatkan sebagai tempat belajar, tempat mendengar guru mengajar, dan mengerjakan PR. Pengembangan lingkungan taman sebagai media dalam proses belajar mengajar bisa memberi manfaat, diantaranya: 1) menanamkan pandangan dan sikap positif terhadap setiap taman sebagai lingkungan yang bisa digunakan untuk kepentingan pendidikan. 2) mengurangi biaya pendidikan. 3) mengubah sikap dan prilaku guru untuk mencintai lingkungan. 4) mendorong munculnya inovasi dan kreatifitas guru.
2)      Pemanfaatan tanah liat
         Tanah liat merupakan suatu hasil pengendapan dan pelapukan batu-batuan yang berlangsung selama jutaan tahun. Namun tanah liat dapat digunakan sebagai media untuk menuangkan ekspresi dan mengasah jiwa seni anak. Tanah liat bisa dimanfaatkan sebagai media yang mampu mengungkapkan kreatifitas perorangan. Penggunaan tanah liat akan sangat menarik sebab proses pembelajarannya juga bisa menjadikan siswa gembira dan santai.
3)      Air
        Air ada dimana- mana karena air adalah bagian dari kehidupan kita. Air juga disebut sebagai sumber kehidupan. Air adalah suatu zat yang dapat mengalir dengan mudah. Pemahaman tentang air mungkin agak sulit dijelaskan apabila guru hanya menjelaskan kepada siswa hanya menggunakan sebatang kapur tulis didepan kelas. Banyak peristiwa alam yang menyangkut air air harus dijelaskan dengan media yang sesuai. Pemilihan media adalah keputusan yang tepat untuk menyampaikan materi tersebut. Air akan menjadi sumber belajar yang paling mudah bagi guru untuk menjelaskan berbagai fenomena alam.
a.       Peristiwa mengapung dan tenggelam
Misalnya menjelaskan kepada siswa mengapa kapal yang besar bisa mengapung di air. Kapal tidak tenggelam walaupun dibuat dari besi dan mengangkut muatan yang sangat besar.
b.      Mengamati tumbuhan minum
Misalnya kita bisa melakukan percobaan, yaitu dengan cara meletakan ranting daun di gelas kaca yang telah diberi air. Amati hal itu selama beberapa hari. Air akan berkurang sedikit demi sedikit. Hal ini bisa memberikan bukti kepada siswa bahwa tanaman memerlukan air.
c.       Pengujian tanah
Tanah juga bisa dijadikan media sederhana. Kita bisa menjelaskan terbentuknya tanah yang ada di lingkungan sekolah. Kita bisa jelaskan kepada siswa bahwa tanah terbentuk karena pengaruh cuaca di bebatuan pada permukaan bumi. Kita juga bisa memberikan penjelasan tentang bahan penyusun tanah kepada siswa dengan cara melakukan percobaan sederhana.
d.      Pasir
Pasir juga mudah ditemukan disekeliling kita. Bila sekitar sekolah tidak ada pasir maka kita dengan mudah dan murah bisa memperolehnya ditoko bahan bangunan. Pasir bisa memiliki banyak manfaat dalam mengembangkan daya motorik siswa, terutama siswa sekolah dasar . pasir bisa dilajikan saran bermain dan belajar
      Pemanfaatan media lingkungan alam ini sangat berperan besar bagi proses tumbuh kembangannya kemampunan siswa,ini disebab kan karena siswa tidak hanya berpatokan pada sumber buku paket saja tetapi siswa jg dapat terjun langsung kelapangan untuk mempraktekannya dan mengetahuinya sendiri apa saja yang sudah disediakan oleh alam.
4.     Keterampilan Proses Belajar IPA
            Pada dasarnya keterampilan proses adalah suatu kegiatan di mana siswa melakukan proses belajar mandiri untuk memecahkan suatu permasalahan.  
         Menurut Hamalik (2010:175), keterampilan proses belajar memiliki peranan besar dalam proses kegiatan pembelajaran PBL. Hal tersebut disebabkan karena:
1)       para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri,
2)      berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral,
3)   memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa,
4)   para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri,
5)      memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis,
6)      mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dan guru,
7)      pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis,
8)      pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana proses dalam kehidupan di masyarakat.
 Menurut Hamalik,( 2010:172) membagi proses belajar dalam 8 kelompok sebagai berikut.
1)        Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain;
2)        Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi;
3)        Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio;
4)        Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket;
5)        Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola;
6)        Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun;
7)        Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan; dan
8)        Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.
Berdasarkan uraian di atas maka keterampilan proses belajar IPA yang di maksud adalah suatu proses dimana siswa tidak hanya langsung dinilai dari  hasilnya saja melainkan siswa dinilai dari proses pada saat mulai bekerja hingga  menemukan hasil yang ingin dicapai dan  yang akan diobservasi dari pembelajaran IPA di kelas IV SD N 8 Kesiman meliputi.
a)      Antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran
b)      Keterampilan Proses siswa selama proses pembelajaran.
c)      Keterampilan Proses siswa dalam memecahkan masalah.
d)     Interaksi siswa selama proses pembelajaran.
5.    Hasil Belajar IPA
a.    Pengertian hasil Belajar
           Melihat kata hasil belajar berarti terkait dengan apa yang diperoleh dari belajar. Sudjana (1989:5) menyatakan, “belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Ini berarti bukti dari seseorang telah belajar itu ditunjukkan adanya dengan perubahan dalam dirinya. Sardiman (2011:20) menyatakan, “belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan meniru dan lain sebagainya”. Artinya belajar menghasilkan perubahan tingkah laku.
Belajar menurut konsensi modern adalah proses perubahan tingkah laku dalam arti seluas-luasnya meliputi pengamatan, pengenalan, pengertian, pengetahuan, minat, penghargaan dan sikap. Belajar tidak hanya berkaitan bidang intelektual saja, melainkan mengenai seluruh aspek badan. Hasil merupakan kemampuan seseorang (siswa) yang didapat setelah ia melakukan kegiatan belajar. Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan hasil belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar (Dimyati dan Mudjiono,2006:200).
Menurut Anitah (1995:49), dikatakan bahwa, hasil belajar adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam suatu periode tertentu.
   Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku atau kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses belajar yang menunjukkan sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dan ketercapaian tujuan pembelajaran yang dilaksanakan.
b.   Ciri-Ciri Hasil Belajar
Ciri-ciri hasil belajar IPA mengandung tiga hal yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (apektif), keterampilan (psikomotor). Sedangkan menurut ciri-ciri hasil belajar adalah
 1. Menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial,
 2. Perubahan itu pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu relatif lama,
3. Perubahan itu terjadi karena usaha
Jadi ciri-ciri hasil belajar adalah dapat menghasilkan perubahan kognitif, afektif, psikomotor pada diri siswa karena usahanya sendiri.
c.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor dari dalam diri individu (bakat, minat,keterampilan proses, intelegensi, kematangan, kesehatan jasmani, dan faktor luar individu meliputi fasilitas belajar, waktu, media belajar, cara guru mengajar dan memotivasi). Pendapat lain mengatakan yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
1)   faktor guru yang dipengaruhi oleh pandangannya tentang mengajar, konsep, psikologi dan kurikulum,
2)   faktor siswa yang meliputi kecakapan potensi maupun kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar,
3)   faktor kurikulum,
4)   faktor lingkungan.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa.
d.   Fungsi Dan Tujuan Evaluasi Hasil Belajar
Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan berikut.
1)   Untuk diagnosik dan pengembangan
2)   Untuk seleksi
3)   Untuk kenaikan kelas
4)   Untuk penempatan
e.    Taksonomi Atau Penggolongan Hasil Belajar Bidang Kognitif
Menurut Bloom (2006;34) mengemukakan bahwa penggolongan tujuan ranah kognitif terdapat enam kelas/tingkat sebagai berikut.
1)   Pengetahuan, merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsi-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari.
2)   Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami/mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkan dengan isi pelajaran lainnya.
3)   Penggunaan/penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dengan situasi konkret dan/atau situasi baru.
4)   Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagian-bagian yang menjadi unsur pokok.
5)   Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang.
6)   Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu. (Sudjana,2010:23-29)
f.     Langkah-Langkah Analisis Hasil Belajar
1)   Merencanakan analisis sejak awal semester
2)   Merencanakan jenis-jenis pekerjaan siswa yang dipandang sebagai hasil belajar
3)   Merencanakan jenis-jenis ujian dan alat evaluasi
4)   Mengumpulkan hasil belajar
5)   Melakukan analisis secara statistik tentang angka-angka perolehan ujian dan mengkatagori karya-karya yang tidak bisa diangkakan
6)   Mempertimbangkan hasil pengamatan pada kegiatan belajar siswa
7)   Mempertimbangkan tingkat kesukaran bahan ajar bagi kelas
8)   Memperhatikan kondiasi-kondisi ekstern yang berpengaruh atau diduga ada pengaruhnya dalam belajar
9)   Guru juga melancarkan suatu angket evaluasi pembelajaran pada siswa menjelang akhir semester. Dengan analisis tersebut, guru mengambil kesimpulan tentang hasil belajar kelas dan individu ( Dimyati dan Mudjiono, 2006:257).
  1. Kerangka Berpikir
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV SD Negeri 8 Kesiman. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA harus diajarkan sejak dini secara utuh baik sikap ilmiah, proses ilmiah, maupun produk ilmiah, sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk mencapai hasil yang optimal. Kemampuan dalam menggunakan metode ilmiah perlu dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD diharapkan menggunakan keterampilan-keterampilan proses IPA untuk menemukan konsep yang akan dipelajari.Dengan mengajukan masalah guru dapat mengajak siswa untuk melakukan investigasi secara individual maupun kelompok sehingga siswa dapat secara aktif menyusun atau membangun pengetahuannya di bawah bimbingan guru.
Model PBL memiliki sejumlah karakteristik yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya, antara lain
1)      PBL merupakan teknik yang cukup bagus untuk memehami isi pelajaran.
2)      PBL dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3)      PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4)      PBL dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5)      PBL dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang siswa lakukan.
6)      PBL dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
7)      PBL dipandang lebih menyenangkan dan disukai siswa.
8)      PBL dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan dengan pengetahuan baru.
9)      PBL dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah siswa miliki dalam dunia nyata.( Lasmawan,2004).

Untuk mencapai tujuan tersebut maka diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ). Model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL )dapat memberi peluang bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran Problem Based Learning
( PBL ) ini sangat ideal diterapkan dalam pembelajaran IPA. Dengan topik IPA yang cukup luas dan desain tugas-tugas atau sub-sub topik yang mengarah pada kegiatan metode ilmiah, diharapkan siswa dan kelompoknya dapat saling memberi kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut di atas, maka penerapan model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ) dalam pembelajaran IPA akan dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar siswa.
H.  Hipotesis Penelitian
     Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini diajukan suatu hipotesis tindakan yaitu:
1.          Jika penerapan model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ) dengan media lingkungan alam sekitar, maka diharapkan dapat meningkatan Keterampilan proses belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 8 Kesiman.
2.         Jika penerapan model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ) dengan lingkungan alam sekitar,maka diharapkan dapat meningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD SD Negeri 8 Kesiman.


I.     Metode Penelitian
1.         Latar Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian
Latar penelitian dan karakteristik subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
a.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK atau classroom action research merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan.
b.    Karakteristik Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester genap SD Negeri 8 Kesiman tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa yang menjadi subyek penelitian adalah 25 siswa dengan rincian 10 perempuan dan 15 laki-laki. Subyek ini dipilih karena berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan terlihat kualitas keterampilan proses pembelajaran IPA pada siswa kelas IV masih rendah.
c.    Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah minat dan hasil belajar IPA siswa kelas IV semester genap SD Negeri 8 Kesiman tahun pelajaran 2011/2012.
2.         Rancangan Penelitian
Permasalahan yang diteliti merupakan permasalahan nyata berkaitan dengan pembelajaran yang dihadapi guru dalam pembelajaran IPA. Permasalahan ini akan dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Adapun rancangan pelaksanaan tindakan ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu sebagai berikut:
a.     rencana tindakan
b.    pelaksanaan tindakan,
c.    observasi atau evaluasi, serta
d.   analisis dan refleksi.















Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, berikut disajikan alur kedua siklus.



 



















Siklus Penelitian Tindakan
(Rianto, 2001:58)


Adapun uraian kegiatan yang dilaksanakan pada tiap tahap adalah sebagai berikut.
Siklus I
a.    Perencanaan
Berdasarkan refleksi awal, dapat dirumuskan beberapa hal yang perlu direncanakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1)   Melakukan refleksi awal dengan melihat hasil belajar IPA siswa sebelum dilaksanakan tindakan.
2)    Mensosialisasikan model pembelajaran PBL  kepada guru sebagai observer.
3)   Melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan menyusun silabus dengan menggunakan model pembelajaran PBL
4)   Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menerapkan model pembelajaran PBL.
5)   Menyiapkan  lembar kerja siswa (LKS).
6)   Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi,  dan tes hasil belajar untuk siklus I.
7)   Mempersiapkan media pembelajaran.
b.    Pelaksanaan
Pada tahap tindakan, dilaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Dua  kali untuk pembelajaran dan satu kali untuk tes akhir siklus.
c.     Observasi dan Evaluasi
Pada tahap observasi, kegiatan yang dilaksanakan adalah mengamati segala fenomena yang terjadi selama proses tindakan diantaranya aktivitas belajar siswa (antusiasme, keaktifan, kreatifitas, dan interaksi) dan kendala-kendala yang dialami dalam penerapan pembelajaran model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran IPA. Aktivitas belajar siswa diamati dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan oleh guru sebagai observer pada saat peneliti melaksanakan pembelajaran dan oleh peneliti saat membimbing kerja kelompok. Pada akhir siklus, dilakukan tes tertulis berbentuk objektif untuk melihat peningkatan kemampuan siswa berkaiatan dengan materi yang telah disajikan melalui pernerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
d.    Repleksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan meyimpulkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil tes yang telah diberikan kepada siswa. Hasil dari kegiatan ini berupa informasi yang digunakan sebagai dasar untuk merancang kegiatan yang dilakukan pada siklus II atau siklus berikutnya. Dalam setiap akhir tindakan atau setiap akhir siklus dilakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan dengan mengkaji kekurangan-kekurangan dan kendala-kendala yang dialami untuk dijadikan pertimbangan dalam merancang dan melaksanakan tindakan pada siklus II atau siklus berikutnya.
Uraian kegiatan yang dilaksanakan pada tiap tahap untuk siklus berikutnya pada dasarnya sama seperti uraian kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Setiap tahap dapat mengalami perubahan sesuai hasil yang diperoleh pada siklus sebelumnya.
3.         Tekhnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
a.       Tekhnik Observasi
Data aktivitas belajar siswa dikumpulkan dengan lembar observasi. aktivitas belajar siswa yang diamati meliputi antusiasme, aktivitas selama proses pembelajaran, aktivitas dalam memecahkan masalah, dan interaksi siswa saat proses pembelajaran. Selain itu, catatan lapangan digunakan untuk mengetahui segala fenomena penting yang terjadi selama penerapan model pembelajaran Problem Based Learing (PBL) yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Pencatatan lapangan dilakukan oleh peneliti maupun guru.
Dari hasil observasi yang dilakukan dengan lembar observasi yang telah dibuat, maka ditetapkan format analisis perkembangan tingkat aktivitas belajar siswa.




Tabel 02. Kisi-Kisi Instrument Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas Belajar IPA Siswa dalam Proses Pembelajaran
Nama Siswa                 :          
Hari/Tanggal               :
Siklus                           :
Pertemuan                    :
Materi Pelajaran          :




No.
Indikator dan Deskriptor
Dilakukan
Ya
Tidak
1.
 Antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran.

a.       Siswa mengacungkan tangan terhadap hal yang belum dimengerti.
b.      Siswa bersemangat mengkomunikasikan hasil kerja.
c.       Melakukan petunjuk yang diberikan peneliti.



2.
 Aktivitas  siswa selama proses pembelajaran.

a.       Siswa aktif berdiskusi dengan teman atau dalam kelompok.
b.      Siswa aktif melakukan kerja sama.
c.       Siswa aktif menggunakan fasilitas pembelajaran yang diberikan peneliti.


3.
 Aktivitas siswa dalam memecahkan masalah.


a.       Siswa memanipulasi media pembelajaran untuk memecahkan masalah.
b.      Siswa menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah
c.       Siswa saling bertukar pendapat untuk menemukan pemecahan masalah.



4.
 Interaksi siswa selama proses pembelajaran.


a.       Siswa memberi tanggapan atas jawaban teman.
b.      Siswa memberi tanggapan atas pertanyaan teman.
c.       Siswa bertanya atau mengemukakan pendapatnya.
d.      Siswa bekerja sama dalam kelompok, saling menghormati, dan menghargai pendapat teman.



Keterangan : Jika  siswa melaksanakan descriptor di atas maka akan mendapatkan nilai 1, sedangkan jika tidak melakukan maka mendapatkan nilai 0.

b.      Teknik Tes
Data hasil belajar IPA siswa terhadap pemahaman pembelajaran IPA dinilai dengan melakukan teknik tes. Teknik tes dilakukan pada akhir siklus.
Data hasil belajar IPA dikumpulkan melalui tes tertulis berbentuk pilihan ganda (objektif). Penggunaan tes pilihan ganda dimaksudkan untuk dapat mencakup keseluruhan indikator dalam standar kompetensi. Selain itu, penggunaan tes pilihan ganda digunakan untuk memudahakan peneliti mengumpulkan data dan memeriksa.
Adapun kelemahan dari tes pilihan ganda adalah  persiapan untuk menyusun jauh lebih sulit dari pada tes esai karena terdiri dari banyak soal dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelamahan yang lain. Hal ini dapat dihindari dengan memberi bobot pada masing-masing soal. Dalam penelitian ini, tes belajar terdiri dari 20 soal dengan Skor Maksimal Ideal (SMI) adalah 20. Skor hasil pekerjaan siswa kemudian dianalisis secara deskriptif.
Setelah melakukan analisis kurikulum, dalam melaksanakan proses pembelajaran, tentu akan dilaksanakan penilaian atau evaluasi untuk mengetahui hasil belajar. Oleh sebab itu harus membuat kisi-kisi soal sebagai prasyarat untuk menentukan validitas isi. Tes hasil belajar IPA ini akan disusun dalam bentuk objektif dengan jumlah 20 soal. (Agung ,2010:8).

Tabel 04. Kisi-kisi hasil belajar
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar / MI
Mata Pelajaran : IPA
Kelas : IV/I
Alokasi Waktu :140 menit
Standar kompetensi : Memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan.
No
Kompetensi Dasar
Indikator
Jenjang Kognitif
Bentuk Soal
Banyak Butir

C1
C2
C3
C4
C5
C6
1
Memahami tumbuhan hijau membuat makanan.
Menjelaskan proses tumbuhan hijau membuat makanan
1
2
1
1


Objektif
5
Mengidentifikasi  pengaruh cahaya terhadap tumbuhan hijau
1
2
2



Objektif
5
Menjelaskan makanan hasil fotosintesis disimpan sebagai makanan cadangan
1
2
2
1


Objektif
6
Mengidentifikasi bagian-bagian tumbuhan yang digunakan untuk menyimpan cadangan makanan.
1
2
1



Objektif
4

Jumlah Butir
4
8
6
2



20
Diadaptasi dari Agung (2011)                       


                                 Kisi-kisi yang disusun untuk menyususn tes hasil belajar siswa disesuaikan dengan materi pebelajaran IPA yang dipelajari siswa pada semeste dua. Selain menyususn kisi – kisi tes hasil belajar juga dilakukan pengujian empirik yaitu uji validitas dan reliabilitas serta tingkat kesukaran dan daya beda terhadap tes hasil belajar IPA siswa.
                     a). Uji Validitas
                                 Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Menurut Arikunto (2002:144) “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. “Sebuah instrumen dikatakan sahih atau valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan” (Arikunto, 2002:145)
Untuk mengukur validitas tes hasil belajar IPA digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar karena tes hasil belajar IPA siswa bersifat politomi. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Arikunto, 2002:146)
Keterangan:  rxy           =         koefisien korelasi suatu butir/item
   N       =          jumlah subyek
   X       =          skor suatu butir/item
   Y       =          skor total
                                    Soal yang akan digunakan jika rxy > rtabel pada taraf signifikan 5%.
                     b). Uji Reliabilitas
                                 Menurut Arikunto (2002:154) reliabel artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan. Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Jadi pada hakekatnya reliabilitas tes adalah menguji keajegan alat ukur tersebut apabila diberikan berulang kali pada objek yang sama.
   Dalam menguji reliabilitas pada tes yang akan disiapkan untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa, digunakaan uji konsistensi internal dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.
,         
(Arikunto, 1999: 193)             
Keterangan:    r11                     =          reliabilitas instrumen
k                  =         banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
                =          jumlah varian butir/item
                      =          varian total
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6.

                     c). Tingkat Kesukaran (TK)
   Menentukan taraf kesukaran (TK) digunakan rumus sebagai berikut:
           
(Arikunto, 2005: 208)
Keterangan:
P   =        Indeks kesukaran
B =        Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
JS =        Jumlah seluruh siswa peserta tes
               d). Daya Pembeda
Menentukan daya pembeda (DP) digunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
J           = Jumlah peserta tes
JA            =  Banyaknya peserta kelompok atas
JB            = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA        =  Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB           = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
 =  Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
 =  Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dengan interprestasi DP sebagaimana terdapat dalam Tabel  berikut.
Tabel 3 Interprestasi atau penafsiran Daya Pembeda (DP)

Daya Pembeda (DP)
  Interprestasi atau penafsiran DP
DP ≥ 0,70
Baik sekali (digunakan)
0,40 ≤ DP < 0,70
Baik (digunakan)
0,20 ≤ DP < 0,40
Cukup
DP < 0,20
Jelek

Untuk memperjelas uraian tentang variabel, metode dan alat pengumpulan data serta sumber dan sifat data, dapat disajikan seperti matrik sebagai berikut.
                     Tabel 4 Variabel, Metode, Alat, Sumber dan Sifat Data
Variabel
Teknik Pengumpulan Data
Sumber Data
Sifat Data
Perilaku Sosial
Observasi
Siswa
Interval ( skor)
Hasil Belajar IPA
Tes
Siswa
Interval ( skor)

4.         Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, untuk menganalisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif baik deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Agung (2010:8) analisis deskriptif  kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti, sedangkan analisis kualitatif adalah suatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk narasi atau kalimat/kata-kata mengenai suatu objek. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data aktivitas dan hasil belajar siswa, sebagai berikut:
a.    Mentabulasikan data hasil penelitian tindakan yang telah diberikan pada setiap akhir siklus baik data aktivitas belajar dari observasi maupun data hasil belajar siswa dari tes.
b.    Menghitung nilai, rerata aktivitas belajar dan rerata aktivitas belajar setiap siklus, dengan rumus :
Nilai aktivitas = 
Rerata aktivitas =
Persentase rerata aktivitas siklus =  
c.    Setelah mendapatkan persentase rerata aktivitas belajar setiap siklus, maka hasilnya dikonversikan ke dalam pedoman konversi nilai absolut di bawah ini:
Tabel. 02. Kriteria aktivitas belajar IPA
Aktivitas
Kualifikasi
85%-100%
Sangat aktif
70%-84%
Aktif
55%-69%
Cukup aktif
45%-54%
Kurang aktif
0%-44%
Sangat Kurang aktif

Diadaptasi dari Agung (2010:12)
d.   Mencari rerata hasil belajar dan menentukan persentase ketuntasan klasikal dengan rumus :
Skor hasil belajar =
Rerata skor siswa (mean) =
Persentase rerata skor siswa =
Ketuntasan klasikal =
e.    Untuk hasil belajar setelah mendapatkan persentase rerata skor siswa, maka hasilnya dikonversikan ke dalam pedoman konversi nilai absolute seperti berikut :
Tabel 06. Kriteria Hasil Belajar Siswa
No
Persentase
Kriteria Hasil Belajar Siswa
5
90 – 100
Sangat Tinggi
4
80 – 89
Tinggi
3
65 – 79
Sedang
2
55 – 64
Rendah
1
0 – 54
Sangat Rendah
Diadaptasi dari Agung (2010)           

5.         Indikator Kinerja
Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini, maka ditetapkan indikator kinerja. Adapun indikator kinerja penlitian ini sebagai berikut.
a.       Aktivitas belajar IPA siswa pada katagori aktif pada akhir siklus dalam penelitian ini.
b.      Hasil belajar IPA siswa pada akhir penelitian ini berada dalam kriteria tinggi dan ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siswa mengalami peningkatan.
J.    Jadwal Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 8 Kesiman. Dalam rencana penelitian ini, waktu pelaksanaanya dirancang pada semester genjil tahun 2011/2012 sebagai berikut.
      Tabel 05. Jadwal Penelitian di SD Negeri 8 Kesiman.
No
Kegiatan
                                             Bulan
Peb
Maret
April
Mei
Juni
Juli
3
4
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
1
Identifikasi Masalah


















2
Pengajuan Judul


















3
Penyusunan Proposal















4
Seminar


















5
Pelaksanaan Penelitian


















6
Analisis Data


















7
Penyusunan Laporan















8
Ujian Skripsi












































DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A. Gede. 2010b. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja.
-------, 2010b. Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja.
Anitah, Sri. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arnyana, Ida Bagus Putu.2006 Perencanaan dan Desai Model-model pembelajaran. Singaraja. Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA UNDIKSHA.
Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Moedjiono dan  Dimyati. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud.
Lasmawan (2004). Inovasi pendidikan ilmu sosial. Bandung: Rosdakarya Press
Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1992. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Santyasa I Wayan dan Sukadi. 2009. “ Model-model Pembelajaran Inovatif” Makalah disajikan dalam Pendidikan dan Latihan Peofesi Guru (PLPG): UNDIKSHA. Singaraja 7-17 September 2009.
Setiawan, Denny. dkk. 2007. Komputer dan media pembelajaran. Jakarta: Universitas terbuka.
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suastra, I.W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Buku Ajar. Jurusan Pendidikan Fisika IKIP Negeri Singaraja.
Sudiman, dkk. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV. Alvabea.
Sutriani Ni Kadek. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VIII A SMP N 6 Singaraja. Skripsi ( Tidak Diterbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika, FPMIPA UNDIKSHA.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi pustaka.
Wardani, IGAK dan Wihardit, Kuswaya. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.
            Jakarta : Universitas Terbuka.
Yatim Rianto. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Alvabea.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar