A. Judul Penelitian : PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV
SD NEGERI 8 KESIMAN
B. Latar
Belakang
Peranan pendidikan pada Era Globalisasi saat ini sangatlah
penting, dimana pendidikan menjadi faktor utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
lebih baik, oleh karena itu saat ini banyak metode/strategi pembelajaran,
fasilitas belajar yang bermunculan dengan tujuan untuk menarik minat belajar
siswa. Upaya – upaya yang dilakukan pemerintah sudah merambah hampir ke semua komponen
pendidikan seperti penambahan jumlah buku – buku pelajaran, peningkatan
kualitas guru, pembaharuan kurikulum dan peningkatan kualitas pembelajaran yang
mencakup pembaharuan dalam model, metode, pendekatan dan media guna mengoptimalkan
kualitas pembelajaran. Rendahnya hasil belajar IPA saat ini sangat banyak
dikarenakan oleh kurangnya pemahan dan keterampilan proses siswa untuk
menemukan dan mengungkapkan suatu permasalahan itu sendiri dan hal tersebut
dikarenakan minimnya fasilitas dan perlengkapan siswa untuk melakukan praktek
IPA secara langsung dan hanya berpatokan pada buku ataupun penjelasan guru saja.
Pembelajaran IPA tidak dapat hanya dipelajari melalui teori saja melaikan harus
diimbangi dengan suatu percobaan dan praktek-praktek yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan proses siswa, tetapi masih banyak juga yang sering
terjadi guru hanya memberikan penjelasan yang ada pada buku saja tanpa
mementingkan praktek-praktek ataupun keterampilan proses siswa dalam memecahkan
suatu permasalahan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa. Dalam memecahkan
suatu permasalahan untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan suatu model
pembelajaran yang tepat agar PBM khususnya mata pelajaran IPA tersebut dapat
mencapai hasil yang maksimal dan dari model-model pembelajaran yang ada PBL lah
yang paling tepat karena model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kreativitas
dan memancing pengetahuan siswa untuk
memecahkan permasalah dengan memalui suatu keterampilan proses.
Pembelajaran
yang dapat dikatakan optimal adalah pembelajaran dimana guru tidak hanya
menjelaskan saja tetapi siswa yang harus lebih aktif untuk mencari tahu dan
membangun sendiri pengetahuannya dan peran guru sebagai fasilitator dan
motivator, hal tersebut bertujuan agar siswa menjadi lebih mandiri/terampil dan
aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Untuk menciptakan pembelajaran yang
optimal harus memikirkan pendekatan dan media yang sesuai dengan materi. Tugas
utama guru adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya interaksi secara optimal antara siswa dengan siswa ataupun siswa
dengan guru atau sebaliknya. Bagaimanapun
bagus dan idealnya pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana
pendidikan tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya,
maka proses pembelajaran akan kurang bermakna. Guru diberikan kebebasan untuk
memanfaatkan berbagai pendekatan dan metode
pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat, keterampilan proses,perhatian, dan keaktifan
siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. (Depdiknas,
2006:2)
Joyce ( dalam Trianto, 2007:5) mengemukakan
bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran. Penerapan ajaran tut wuri handayani juga merupakan wujud nyata
yang bermakna bagi manusia masa kini dalam rangka menjemput masa depan. Salah
satu model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model Problem Based
Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah ).
Model pembelajaran ini menekankan pada pemecahan masalah yang diberikan guru
berdasarkan informasi yang siswa miliki khususnya untuk pembelajaran IPA dimana
pembelajaran IPA menuntut suatu keterampilan proses siswa untuk memehami secara
detail karena pembelajaran ipa adalah suatu pembelajaran yang mengkaitkan
antara lingkungan sekitar siswa dengan materi yang ada.tujuan pembelajaran IPA
bagi siswa sangatlah besar sekali dimana dari suatu pembelajaran ipa siswa
dapat mengetahui keadaan lingkungan sekitar siswa itu sendiri dan bagaimana
proses merawatnya. Sebelum memulai
proses belajar di kelas, siswa diminta untuk mengobservasi masalah terlebih
dahulu agar pembelajaran IPA lebih bermakna bagi siswa, artinya dengan
melakukan kegiatan ini siswa mengetahui
tujuan belajar IPA tersebut . Adapun langkah-langkah yang dijalankan dalam menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah adalah : (1) menemukan masalah, (2) mendefininisikan masalah, (3)
mengumpulkan fakta-fakta, (4) menyusun dugaan sementara, (5) menyelidiki, (6)
menyempurnakan permasalahan yang di definisikan, (7) menyimpulkan
alternative-alternatif pemecahan secara kolaboratif, (8) menguji solusi
permasalahan ( Sukadi dan Santyasa 2009).
Problem
Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah
) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara
eksplisit, memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki siswa. Sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan
tentang fenomena yang menantang. Model pembelajaran PBL ini mendorong siswa dapat berfikir kreatif,
imajinatif, refleksi, tentang model dan teori, mengenalkan gagasan- gagasan
pada saat yang tepat, mencoba gagasan baru, mendorong siswa untuk memperoleh
kepercayaan diri. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ),
mata pelajaran IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa memiliki kemampuan : (1)
memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep- konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari- hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu,
sikap positif dan dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. (4) mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, (6) meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan, (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS (Depdiknas, 2006:2)
Pembelajaran Ilmu pengetahuan Alam, terutama di
tingkat SD sebaiknya mengacu pada tingkat perkembangan siswa pada
masa itu, yaitu tahap operasional konkret dan operasional formal. Menurut
Piaget, belajar akan menjadi efektif bila kegiatan belajar sesuai dengan
tingkat perkembangan intelektual pebelajar, dan tidak ada belajar tanpa
perbuatan. Hal ini disebabkan perkembangan intelektual siswa dan emosinya
dipengaruhi langsung oleh keterlibatannya secara fisik dan mental dengan
lingkungannya. Oleh karena itu pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam di pendidikan dasar, hendaknya mengupayakan
pembelajaran melalui aktivitas konkret, dengan menghadirkan fenomena alam dalam
setiap pembelajaran.
Fenomena alam dalam proses pembelajaran identik dengan
lingkungan yang digunakan sebagai sumber belajar untuk memahami materi-materi yang
erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Lingkungan merupakan sumber
belajar yang kaya dan menarik untuk siswa. Lingkungan manapun bisa menjadi
tempat yang menyenangkan bagi siswa .Pembelajaran dengan media lingkungan
sangat efektif diterapkan di sekolah dasar. Hal ini relevan dengan tingkat
perkembangan intelektual usia sekolah dasar (7-11 tahun) berada pada tahap
operasional konkret.
Setiawan, dkk (2007) menyatakan bahwa Lingkungan dan alam
sekitar bisa memberikan kegembiraan kepada siswa. Itu dapat di lihat di
lapangan, di kebun, di pekarangan rumah bahkan di tempat- tempat yang kurang
bersih. Di sekolah, siswa juga harus didekatkan dengan alam. Secara naluriah
siswa akan merasa gembira apabila dekat dengan alam. Selain berfungsi sebagai
media bagi siswa, masih banyak lagi manfaat lain dari alam yang tak kalah
pentingnya bagi perkembangan kejiwaan siswa. Alam juga dapat menumbuhkan
kreatifitas siswa. Dengan memperoleh pengalaman langsung melalui alam, rasa
ingin tahu dan semangat belajar siswa akan bertambah.
Namun pada kenyataanya di
SD berdasarkan observasi yang telah dilakukan, dalam mata pelajaran IPA
khususnya di SD Negeri 8 Kesiman kegiatan pembelajarannya masih dilakukan hanya
dengan ceramah dan siswa pasif. Pembelajaran lebih ditekankan pada metode yang
banyak diwarnai dengan ceramah, kurang menggunakan media serta masih berpusat
pada guru. Hal ini mengakibatkan siswa kurang ikut berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran yang cenderung menjadikan siswa cepat bosan dan kurang
berkonsentrasi pada saat belajar. Karena berbagai hal tersebut di atas
mengakibatkan hasil belajar siswa kurang optimal terlihat dari belum
tercapainya kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65.
Temuan terhadap permasalahan di atas menggambarkan bahwa
kualitas proses pembelajaran IPA yang berlangsung di SD Negeri 8 Kesiman khususnya kelas IV masih
rendah. Hal tersebut tentu tidak dapat dibiarkan secara terus-menerus karena
secara logika hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar IPA siswa.
Penanganan permasalahan seperti diuraikan di atas
memerlukan suatu upaya praktis yang bertujuan memperbaiki proses pembelajaran
ke arah yang lebih baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
penerapan model-model pembelajaran yang mengacu pada proses pembelajaran
berpusat pada siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah
model pembelajaran Prolem Based Learning. Model pembelajaran Prolem Based
Learning adalah salah satu model pembelajaran
yang sangat ideal diterapkan dalam pembelajaran IPA. Dengan topik IPA
yang cukup luas dan desain tugas-tugas atau sub-sub topik yang mengarah pada
kegiatan metode ilmiah, diharapkan siswa dan kelompoknya dapat saling memberi
kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-hari, (Rusman,2010:221).
Berdasarkan uraian di atas, maka dilaksanakanlah
penelitian yang berjudul “ PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) DENGAN MEDIA LINGKUNGAN ALAM SEKITAR UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI
8 KESIMAN”
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1)
Bagaimanakah
penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning
dengan media lingkungan alam sekitar dapat meningkatkan keterampilan
proses belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 8 Kesiman ?
2)
Bagaimanakah
penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan media
lingkungan alam sekitar dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas
IV SD Negeri 8 Kesiman ?
D.
Tujuan
Adapun
tujuan penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1)
Untuk
mengetahui peningkatan keterampilan proses penerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning dengan media lingkungan alam sekitar IPA siswa kelas IV
SD Negeri 8 Kesiman .
2)
Untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning dengan media lingkungan alam sekitar IPA siswa kelas IV SD Negeri 8 Kesiman .
E.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adlah
sebagai berikut.
- Manfaat Teoritis
Hasil
penelitian ini dipakai sebagai acuan bagi pengembangan pendekatan dan media
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
- Manfaat Praktis
1)
Bagi
Siswa
Penelitian
ini dapat bermanfaat bagi siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang lebih
bermakna sehingga siswa menjadi lebih mengusai materi dan prestasi belajar
dapat meningkat. Dengan bantuan media pembelajaran yaitu lingkungan alam
sekitar dalam pembelajaran disekolah dasar, proses pemahaman siswa akan lebih
cepat dan kuat. Dengan pembelajaran yang menarik, materi akan mudah diingat dan
dicerna oleh siswa. Pembelajaran yang menarik, dapat memancing rasa ingin tahu
yang lebih besar sehingga siswa akan lebih aktif mencari informasi tambahan
sehingga dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan dalam berbagai bidang yang
berhubungan dengan mata pelajaran IPA.
2)
Bagi
Guru
Informasi
hasil penelitian dapat menjadi masukan berharga bagi para guru dalam melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Dengan menggunakan media lingkungan alam sekitar akan memudahkan guru dalan
menyampaikan materi kepada siswa.
3)
Bagi
Sekolah
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala sekolah
untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam upaya pembimbingan dan
pemanfaatan strategi pembelajran yang efektif dan efesien di sekolah. Disamping
itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal dalam upaya meningkatkan lulusan dan kredibilitas sekolah
dengan adanya guru yang memiliki keterampilan dan keahlian dalam proses belajar
mengajar seingga tercapailah tujuan pendidikan yang diharapkan oleh sekolah
bersangkutan.
4)
Bagi
Peneliti Lain
Hasil
penelitian ini diharapan dapat menjadi informasi berharga bagi para peneliti
bidang pendidikan, untuk meneliti aspek atau variabel lain yang diduga memiliki
kontribusi terhadap konsep- konsep dan teori- teori tentang pembelajaran.
- Kajian Pustaka
1.
Pembelajaran IPA
a.
Hakekat
Pembelajaran IPA
Ardana (2009:1) menyatakan, “Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara arfiah dapat disebut sebagai
ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam ini.”
“IPA adalah pengetahuan yang rasional
dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya” (Darmojo dan Kaligis,
1992:3)
Samatowa (2010:3) menyatakan, “IPA
membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang
didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia”.
Pendapat tersebut senada dengan hal
yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
bahwa, “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.
IPA
merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang
terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui
serangkaian proses ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA harus diajarkan kepada
siswa secara utuh baik sikap ilmiah, proses ilmiah, maupun produk ilmiah,
sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk mencapai hasil optimal. Kemampuan
siswa dalam menggunakan metode ilmiah perlu dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah
dalam kehidupan nyata. (Sukadi.2009:25)
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas
dapat disimpulakan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang rasional dan objektif
yang mempelajari tentang alam semesta beserta isinya termasuk
peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya yang tersusun secara sistematis
dan diperoleh melalui proses penemuan.
b. Prinsip-Prinsip
Pembelajaran IPA
Berikut
disajikan lima prinsip utama pembelajaran IPA tentang kebenaran dalam
pembelajaran IPA yang dijadikan panutan untuk melaksanakan pembelajaran IPA,
sebagai berikut: ( Sukadi dan Santyasa 2009).
1)
Prinsip 1: Pemahaman tentang dunia di sekitar siswa di mulai melalui pengalaman
baik secara inderawi maupun non indrawi
2)
Prinsip 2: Pengetahuan yang diperoleh ini tidak pernah terlihat secara
langsung, karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan
siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal
pembelajaran.
3)
Prinsip 3: Pengetahuan pengalaman siswa ini pada umumnya kurang konsisten
dengan pengetahuan para ilmuan, pengetahuan yang anda miliki. Pengetahuan yang
demikian disebut miskonsepsi.
4)
Prinsip 4: dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang,
dan relasi dengan konsep yang lain.
5)
Prinsip 5: IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur.
Faktor-faktor
lain yang perlu mendapat pertimbangan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA
di sekolah, adalah sebagai berikut:
1) Lingkungan
belajar mendukung dan produktif.
2) Lingkungan
belajar menumbuhkan peningkatan kemandirian, kolaboratif, dan inovasi diri.
3) Kebutuhan
siswa, perspektif siswa, minat siswa tercermin dalam program belajar.
4) Siswa
ditantang dan didukung agar mengembangkan kemampuan berfikir kritis.
5) Asesmen
merupakan bagian integral dari pembelajaran
6) Belajar
menghubungkan siswa dengan masyarakat dan praktik yang berada jauh di luar
kelas.
2.
Model Pembelajaran Problem Based Learning ( PBL )
Dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya menggunakan
model pembelajaran yang bervariasi agar siswa tidak jenuh belajar. Salah
satunya model PBL yang dapat merangsang kemampuan siswa dalam berpikir tingkat
tinggi. Hal ini juga diungkapkan oleh Arnyana (2006:14) ” PBL merupakan salah
satu model yang dapat digunakan meningkatkan hasil belajar ( kognitif, afektif,
dan psikomotor ) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. PBL merupakan
salah satu model pembelajaran yang menyajikan masalah sebagai rangsangan (
stimulus ) untuk belajar. Penyajian situasi masalah yang autentik dan bermakna
kepada siswa dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri. Selain itu menurut Sanjaya (2006:214) PBL diartikan
sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses
permasalahan yang dihadapi secara ilmiah.
Menurut Bound
dan Feletti ( dalam Artawan, 2006) Model pembelajaran PBL adalah suatu model
belajar yang menghadapkan siswa dengan masalah-masalah nyata yang memberi
rangsangan untuk belajar. Dalam hal ini siswa diberikan masalah yang struktur
sebelum mereka diberikan materi pelajaran agar siswa mampu menemukan sendiri
konsep dalam pembelajaran.
Menurut Santyasa dan Sukadi ( 2009) tahap-tahap
pembelajaran IPA Menggunakan Model Problem Based Learning yaitu :
a.
Menemukan
masalah
Pada tahap ini pembelajaran mengungkapan masalah yang
berhubungan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang
diungkapkan oleh pebelajar nantinya ada peluang untuk melakukan penyelidikan,
sehingga hasilnya akan berdampak pada : dengan ditemukannya masalah, berarti
kreatifitas belajar akan meningkat, memotivasi pebelajar agar belajar menjadi
menyenangkan, mendorong pembelajar memahami dan memperoleh hubungan-hubungan
masalah dengan disiplin ilmu tertentu, informasi yang masuk ke dalam memori
jangka panjang lebih diperkuat dengan menggunakan masalah yang berstruktur, ( Santyasa dan Sukadi 2009 ).
b.
Mendefinisikan
masalah
Dalam
mendefinisikan masalah pebelajar diharapkan menggunakan kalimat sendiri yang
logis. Sebagai informasi awal diharapkan melibatkan kecerdasan intra-personal yang dimiliki dalam
memahami dan mendefinisikan masalah.
c.
Mengumpulkan
fakta-fakta
Pada
tahap ini pebelajar mengingat kembali fakta yang sudah diperoleh sebagai
pengetahuan untuk mengumpulkan fakta-fakta. Pebelajar menggunakan kecerdasan
majemuk yang dimiliki untuk mencari informasi yang berhubungan dengan
permasalahan.
d.
Menyusun
dugaan sementara
Tahap
ini pebelajar dapat merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
e.
Menyelidiki
Proses
penyelidikan yang dilakukan pebelajar harus berkaitan dengan permasalahan.
Dalam hal ini guru membuat struktur belajar yang memungkinkan pelajar dapat
menggunakan berbagai cara untuk mengetahui dan memahami dunia mereka.
f.
Menyempurnakan
permasalahan yang telah didefinisikan
Pada
tahap ini pebelajar menyempurnakan kembali rumusan masalah dengan cara
merefleksikan melalui gambaran nyata yang mereka pahami. Penyempurnaan ulang
dilakukan agar penyelidikan terfokus pada permaslahan.
g.
Menyimpulkan
alternatif-alternatif pemecahan secara kolaboratif
Pada
tahap ini pebejar berkolaborasi mendiskusikan data dan informasi yang relevan
dengan permasalahan dari berbagai sudut pandang.
h.
Menguji
solusi permasalahan harus sesuai dengan permasalahan aktual melalui diskusi
secara komprehensip antar anggota kelompok agar memperoleh hasil pemecahan
terbaik.
Penerapan model PBL
dalam kegiatan pembelajaran bukan merupakan transfer pengetahuan, tetapi siswa
mengalami dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan melalui masalah yang
dihadapi. Hal ini menjadikan siswa belajar lebih bermakna, sehingga siswa mampu
untuk berfikir kritis dan memecahkan masalah yang dihadapi masing-masing
kelompoknya.
Sintak model PBL
dapat dilihat pada Tabel 01. (Diadaptasi dari Sutriani 2008 )
Fase
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
Fase 1
Orientasi siswa kepada
masalah
|
1.
Guru menyampaikan
semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut
2.
Memotivasi siswa
terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih oleh guru
3.
Peneliti
menjelaskan bahan yang diperlukan
|
1. Siswa
mendengarkan penjelasan guru
2. Mengerjakan pekerjaan yang diberikan
3. Siswa mendengarkan penjelasan guru
|
Fase 2
Mengorganisasikan siswa untuk
belajar
|
1.
Guru membimbing
siswa memecahkan masalah yang belum dapatdipecahkan oleh siswa serta
mengorganisasikan tugas belajar.
|
1. Siswa mengerjakan tugas kelompok yang diberikan guru
dalam buku pelajaran dan lembar kerja siswa ( LKS )
|
Fase 3
Membimbing penyelidikan
idividu maupun kelompok
|
1.
Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan ninformasi yang sesuai permasalahan.
2.
Guru mendorong
siswa melaksanakan diskusi untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
|
1.
Siswa mengamati
objek yang sesuai dengan masalah yang ada dalam buku pelajaran dan lembar
kerja siswa (LKS)
2.
Siswa melakukan
diskusi kelompok
|
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
|
1.
Guru membantu
siswa dalam merrencanakan dan menyiapkan karya seperti laporan, model yang
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
|
1.
Siswa menunjukan
hasil diskusi di depan kelas.
|
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah
|
1.
Guru membantu
siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses.
|
1.
Siswa menilai
pekerjaanya sendiri dengan cara membandingkan dengan pekerjaan teman yang
benar
|
3.
Media Lingkungan Alam Sebagai Media Pembelajaran
Kata media berasal dari dari bahasa
latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “ medium”, yang secara harfiah
berarti “ perantara atau pengantar” (Sadiman,
2006:6).
Menurut Ibrahim, media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan sehingga
dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan pebelajar dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Media pendidikan adalah segala bentuk yang dapat dipakai
sebagai sumber belajar yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar.
(Suartama, 2008:6 ),
Pada hakekatnya proses pembelajaran merupakan suatu proses penyapaian
pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Pesan ini disampaikan untuk
menyalurkan informasi-informasi melalui komunikasi. Dalam penyampaian pesan
inilah terdapat kendala-kendala yang membuat tujuan dari pesan yang disalurkan tidak sepenuhnya
sampai kepada penerima pesan bahkan tidak jarang pesan tersebut tak sampai
dengan benar kepada penerima pesan. Misalnya seorang guru yang menjelaskan
tentang suatu konsep pelajaran, namun dari sekian banyak siswa yang mengikuti
pelajaran hanya beberapa yang memahami secara betul tentang konsep yang
disajikan sedangkan sisanya hanya menangkap sedikit saja bahkan ada beberapa
siswa yang tidak menangkap sama sekali. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan
suatu media pembelajaran agar tujuan pesan yang disampaikan dapat tercapai.
a. Fungsi Media Lingkungan Alam
Berdasarkan pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran lingkungan alam sekitar
sangat penting dalam proses penyampaian pelajaran kepada pebelajar agar tidak
terjadi hambatan-hambatan sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima
secara efekti,efisien dan pembelajaran lebih berfariasi sehingga guru tidak
kehabisan ide untuk mengajar . (Suartama, 2008:6 ),
b. Manfaat
Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran
adalah memperlancar interaksi antara guru
dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien.
c. Penggunaan Media Pembelajaran
Penggunaan
media dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan proses belajar siswa
dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil
belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan mengapa media
pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan proses belajar siswa, antara lain :
a.
Pengajaran akan lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b.
Bahan pengajaran. akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa
menguasai tujuan pengajaran lebih baik
c.
Metode mengajar akan lebih bervariasi,
tidak semata-mata komunikasi verbal, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga.
d.
Siswa lebih banyak melakukan kegiatan
belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain
seperti mengamati, melakukan dan mendemontrasikan
e.
Taraf berpikir siswa (manusia)mengikuti
tahap perkembangan dimulai dan berpikir konkret menuju ke berpikir abstrak, dan
berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks.
Menurut Setiawan
dkk (2007) menyatakan bahwa lingkungan
belajar sangat penting bagi siswa yang sedang tumbuh dan berkembang. Oleh
karena itulah guru memerlukan konsentrasi untuk meningkatkan lingkungan yang
mampu memotivasi siswa. Contohnya lingkungan alam sekitar sekolah yang dapat dimanfaatkan
sebagai media pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam proses belajar
dan tidak jenuh berada dalam kelas saja.Lingkungan lain yang penting dalam
memicu pertumbuhan intelektualdan emosional mereka adalah lingkungan keluarga.
Keluarga disebut sebagai lingkungan pertama karena setiap individu berasal dari
keluarga dan masa- masa pertama hidupnya di keluarga. Lingkungan masyarakat
juga merupakan salah satu lingkungan yang ikut membentuk kepribadian seorang
siswa. di dalam kelas yang dirancang dengan semenarik mungkin menggunakan
gambar, warna, bentuk, dan tulisan dengan tema- tema yang memenuhi rasa etika,
humor, dan konsep yang jelas yang dapat memberikan
Apabila guru
memiliki kreativitas dan mampu menghubungkan antara tujuan pelajaran dengan
lingkungan yang ada maka guru akan menemukan sumber belajar dan media yang tak
terbatas. Sebelum memilih lingkungan untuk media belajar, maka ada baiknya
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1) lingkungan yang dipilih adalah
lingkungan yang tidak membahayakan kesehatan dan jiwa siswa. 2) perhatikan
masalah keamanan lingkungan yang akan digunakan dari orang- orang yang
bertanggung jawab. 3) pemilihan lingkungan perlu disesuaikan dengan tingkat
pendidikan dan usia siswa. 4) pemilihan lingkungan berdasarkan tujuan belajar
dan karakteristik siswa. 5) sebaiknya mencari alternatif lain apabila
lingkungan yang diperlukan pelajaran memerlukan biaya mahal.
Beberapa sarana
di lingkungan alam dan sekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran yaitu:
1) Taman
Taman merupakan lingkungan yang paling
baik untuk belajar. Taman dapat dimanfaatkan sebagai tempat belajar, tempat
mendengar guru mengajar, dan mengerjakan PR. Pengembangan lingkungan taman
sebagai media dalam proses belajar mengajar bisa memberi manfaat, diantaranya:
1) menanamkan pandangan dan sikap positif terhadap setiap taman sebagai
lingkungan yang bisa digunakan untuk kepentingan pendidikan. 2) mengurangi
biaya pendidikan. 3) mengubah sikap dan prilaku guru untuk mencintai
lingkungan. 4) mendorong munculnya inovasi dan kreatifitas guru.
2) Pemanfaatan
tanah liat
Tanah liat merupakan suatu hasil
pengendapan dan pelapukan batu-batuan yang berlangsung selama jutaan tahun.
Namun tanah liat dapat digunakan sebagai media untuk menuangkan ekspresi dan
mengasah jiwa seni anak. Tanah liat bisa dimanfaatkan sebagai media yang mampu
mengungkapkan kreatifitas perorangan. Penggunaan tanah liat akan sangat menarik
sebab proses pembelajarannya juga bisa menjadikan siswa gembira dan santai.
3) Air
Air ada dimana- mana karena air adalah
bagian dari kehidupan kita. Air juga disebut sebagai sumber kehidupan. Air
adalah suatu zat yang dapat mengalir dengan mudah. Pemahaman tentang air
mungkin agak sulit dijelaskan apabila guru hanya menjelaskan kepada siswa hanya
menggunakan sebatang kapur tulis didepan kelas. Banyak peristiwa alam yang
menyangkut air air harus dijelaskan dengan media yang sesuai. Pemilihan media
adalah keputusan yang tepat untuk menyampaikan materi tersebut. Air akan
menjadi sumber belajar yang paling mudah bagi guru untuk menjelaskan berbagai
fenomena alam.
a.
Peristiwa mengapung dan tenggelam
Misalnya menjelaskan kepada siswa
mengapa kapal yang besar bisa mengapung di air. Kapal tidak tenggelam walaupun
dibuat dari besi dan mengangkut muatan yang sangat besar.
b.
Mengamati tumbuhan minum
Misalnya kita bisa melakukan
percobaan, yaitu dengan cara meletakan ranting daun di gelas kaca yang telah
diberi air. Amati hal itu selama beberapa hari. Air akan berkurang sedikit demi
sedikit. Hal ini bisa memberikan bukti kepada siswa bahwa tanaman memerlukan
air.
c.
Pengujian tanah
Tanah juga bisa dijadikan media sederhana.
Kita bisa menjelaskan terbentuknya tanah yang ada di lingkungan sekolah. Kita
bisa jelaskan kepada siswa bahwa tanah terbentuk karena pengaruh cuaca di
bebatuan pada permukaan bumi. Kita juga bisa memberikan penjelasan tentang
bahan penyusun tanah kepada siswa dengan cara melakukan percobaan sederhana.
d.
Pasir
Pasir juga mudah ditemukan
disekeliling kita. Bila sekitar sekolah tidak ada pasir maka kita dengan mudah
dan murah bisa memperolehnya ditoko bahan bangunan. Pasir bisa memiliki banyak
manfaat dalam mengembangkan daya motorik siswa, terutama siswa sekolah dasar .
pasir bisa dilajikan saran bermain dan belajar
Pemanfaatan media lingkungan alam ini sangat
berperan besar bagi proses tumbuh kembangannya kemampunan siswa,ini disebab kan
karena siswa tidak hanya berpatokan pada sumber buku paket saja tetapi siswa jg
dapat terjun langsung kelapangan untuk mempraktekannya dan mengetahuinya
sendiri apa saja yang sudah disediakan oleh alam.
4.
Keterampilan
Proses Belajar IPA
Pada dasarnya keterampilan
proses adalah suatu kegiatan di mana siswa melakukan proses belajar mandiri
untuk memecahkan suatu permasalahan.
Menurut Hamalik (2010:175), keterampilan
proses belajar memiliki peranan besar dalam proses kegiatan pembelajaran PBL.
Hal tersebut disebabkan karena:
1) para
siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri,
2) berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi
siswa secara integral,
3) memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa,
4) para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri,
5) memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar
menjadi demokratis,
6) mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan
antara orang tua dan guru,
7) pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret
sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan
verbalistis,
8) pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana proses dalam kehidupan di masyarakat.
Menurut Hamalik,( 2010:172) membagi proses
belajar dalam 8 kelompok sebagai berikut.
1)
Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca,
melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan
mengamati orang lain bekerja atau bermain;
2)
Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu
mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan
pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan
interupsi;
3)
Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu
mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,
mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio;
4)
Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis
cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket;
5)
Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu
menggambar, membuat grafik, chart,
diagram peta, dan pola;
6)
Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu
melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,
menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun;
7)
Kegiatan-kegiatan mental, yaitu
merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor,
melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan; dan
8)
Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu
minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam
kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.
Berdasarkan uraian di
atas maka keterampilan proses belajar IPA yang di maksud adalah suatu proses
dimana siswa tidak hanya langsung dinilai dari
hasilnya saja melainkan siswa dinilai dari proses pada saat mulai
bekerja hingga menemukan hasil yang
ingin dicapai dan yang akan diobservasi
dari pembelajaran IPA di kelas IV SD N 8 Kesiman meliputi.
a)
Antusiasme siswa dalam mengikuti
pembelajaran
b)
Keterampilan Proses siswa selama proses
pembelajaran.
c)
Keterampilan Proses siswa dalam
memecahkan masalah.
d) Interaksi
siswa selama proses pembelajaran.
5.
Hasil Belajar IPA
a. Pengertian hasil Belajar
Melihat kata
hasil belajar berarti terkait dengan apa yang diperoleh dari belajar. Sudjana
(1989:5) menyatakan, “belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang”. Ini berarti bukti dari seseorang telah belajar
itu ditunjukkan adanya dengan perubahan dalam dirinya. Sardiman (2011:20)
menyatakan, “belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan meniru dan lain sebagainya”. Artinya belajar menghasilkan
perubahan tingkah laku.
Belajar menurut
konsensi modern adalah proses perubahan tingkah laku dalam arti seluas-luasnya
meliputi pengamatan, pengenalan, pengertian, pengetahuan, minat, penghargaan
dan sikap. Belajar tidak hanya berkaitan bidang intelektual saja, melainkan
mengenai seluruh aspek badan. Hasil merupakan kemampuan seseorang (siswa) yang
didapat setelah ia melakukan kegiatan belajar. Evaluasi hasil belajar merupakan
proses untuk menentukan hasil belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau
pengukuran hasil belajar (Dimyati dan Mudjiono,2006:200).
Menurut Anitah
(1995:49), dikatakan bahwa, hasil
belajar adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam suatu
periode tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku atau kemampuan yang dimiliki
siswa setelah mengalami proses belajar yang menunjukkan sejauh mana pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran dan ketercapaian tujuan pembelajaran yang
dilaksanakan.
b. Ciri-Ciri Hasil Belajar
Ciri-ciri hasil belajar
IPA mengandung tiga hal yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (apektif),
keterampilan (psikomotor). Sedangkan menurut ciri-ciri hasil belajar adalah
1. Menghasilkan perubahan pada diri individu
yang belajar, baik aktual maupun potensial,
2. Perubahan itu pokoknya adalah didapatkannya
kemampuan baru yang berlaku dalam waktu relatif lama,
3. Perubahan itu
terjadi karena usaha
Jadi ciri-ciri hasil
belajar adalah dapat menghasilkan perubahan kognitif, afektif, psikomotor pada
diri siswa karena usahanya sendiri.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Hasil Belajar
Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor dari dalam diri individu (bakat, minat,keterampilan
proses, intelegensi, kematangan, kesehatan jasmani, dan faktor luar individu
meliputi fasilitas belajar, waktu, media belajar, cara guru mengajar dan
memotivasi). Pendapat lain mengatakan yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
1) faktor guru yang dipengaruhi oleh pandangannya tentang
mengajar, konsep, psikologi dan kurikulum,
2) faktor siswa yang meliputi kecakapan potensi maupun
kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar,
3) faktor kurikulum,
4) faktor lingkungan.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor
dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa.
d. Fungsi Dan Tujuan Evaluasi Hasil
Belajar
Hasil dari kegiatan
evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan
berikut.
1)
Untuk diagnosik dan pengembangan
2)
Untuk seleksi
3)
Untuk kenaikan kelas
4)
Untuk penempatan
e. Taksonomi Atau Penggolongan Hasil
Belajar Bidang Kognitif
Menurut Bloom (2006;34)
mengemukakan bahwa penggolongan tujuan ranah kognitif terdapat enam
kelas/tingkat sebagai berikut.
1) Pengetahuan,
merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan
pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan
prinsi-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari.
2) Pemahaman,
merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan
memahami/mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu
menghubungkan dengan isi pelajaran lainnya.
3) Penggunaan/penerapan,
merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai
dengan situasi konkret dan/atau situasi baru.
4) Analisis,
merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagian-bagian yang menjadi
unsur pokok.
5) Sintesis,
merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang.
6) Evaluasi,
merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan
tertentu. (Sudjana,2010:23-29)
f. Langkah-Langkah Analisis Hasil
Belajar
1)
Merencanakan analisis sejak awal
semester
2)
Merencanakan jenis-jenis pekerjaan siswa
yang dipandang sebagai hasil belajar
3)
Merencanakan jenis-jenis ujian dan alat
evaluasi
4)
Mengumpulkan hasil belajar
5)
Melakukan analisis secara statistik
tentang angka-angka perolehan ujian dan mengkatagori karya-karya yang tidak
bisa diangkakan
6)
Mempertimbangkan hasil pengamatan pada
kegiatan belajar siswa
7)
Mempertimbangkan tingkat kesukaran bahan
ajar bagi kelas
8)
Memperhatikan kondiasi-kondisi ekstern
yang berpengaruh atau diduga ada pengaruhnya dalam belajar
9)
Guru juga melancarkan suatu angket
evaluasi pembelajaran pada siswa menjelang akhir semester. Dengan analisis
tersebut, guru mengambil kesimpulan tentang hasil belajar kelas dan individu (
Dimyati dan Mudjiono, 2006:257).
- Kerangka Berpikir
Penelitian tindakan kelas ini
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV SD Negeri 8
Kesiman. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep
yang terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui
serangkaian proses ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA harus diajarkan sejak dini secara utuh baik sikap ilmiah, proses ilmiah, maupun produk ilmiah,
sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk
mencapai hasil yang optimal.
Kemampuan dalam menggunakan metode ilmiah perlu dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, pembelajaran IPA
di SD diharapkan menggunakan keterampilan-keterampilan proses IPA untuk
menemukan konsep yang akan dipelajari.Dengan mengajukan masalah guru dapat
mengajak siswa untuk melakukan investigasi secara individual maupun kelompok
sehingga siswa dapat secara aktif menyusun atau membangun pengetahuannya di
bawah bimbingan guru.
Model PBL memiliki
sejumlah karakteristik yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya,
antara lain
1) PBL
merupakan teknik yang cukup bagus untuk memehami isi pelajaran.
2) PBL
dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
3) PBL
dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4) PBL
dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata.
5) PBL
dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab
dalam pembelajaran yang siswa lakukan.
6) PBL
dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil
maupun proses belajarnya.
7) PBL
dipandang lebih menyenangkan dan disukai siswa.
8) PBL
dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan siswa untuk menyelesaikan dengan pengetahuan baru.
9) PBL
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
telah siswa miliki dalam dunia nyata.( Lasmawan,2004).
Untuk mencapai tujuan tersebut maka
diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ). Model
pembelajaran Problem Based Learning ( PBL )dapat memberi peluang bagi siswa
untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran
Problem Based Learning
(
PBL ) ini sangat ideal diterapkan dalam pembelajaran IPA. Dengan topik IPA yang
cukup luas dan desain tugas-tugas atau sub-sub topik yang mengarah pada
kegiatan metode ilmiah, diharapkan siswa dan kelompoknya dapat saling memberi
kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut di
atas, maka penerapan model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ) dalam
pembelajaran IPA akan dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar
siswa.
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, dalam
penelitian ini diajukan suatu hipotesis tindakan yaitu:
1.
Jika
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ) dengan media
lingkungan alam sekitar, maka diharapkan dapat meningkatan Keterampilan proses
belajar IPA
siswa kelas IV SD Negeri 8 Kesiman.
2.
Jika penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning ( PBL ) dengan lingkungan alam sekitar,maka diharapkan
dapat meningkatan hasil belajar IPA
siswa kelas IV SD SD Negeri 8 Kesiman.
I.
Metode
Penelitian
1.
Latar Penelitian dan Karakteristik
Subjek Penelitian
Latar
penelitian dan karakteristik subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah sebagai berikut:
a.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK atau classroom action research merupakan penelitian yang bersifat
aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan
menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan.
b.
Karakteristik Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini
adalah siswa kelas IV semester genap SD Negeri
8 Kesiman tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa yang menjadi subyek
penelitian adalah 25 siswa dengan rincian 10 perempuan dan 15 laki-laki. Subyek
ini dipilih karena berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah
dilakukan terlihat kualitas keterampilan proses pembelajaran IPA pada siswa
kelas IV masih rendah.
c. Objek Penelitian
Objek dari penelitian
ini adalah minat dan hasil
belajar IPA siswa kelas IV semester genap SD Negeri 8 Kesiman tahun pelajaran 2011/2012.
2.
Rancangan Penelitian
Permasalahan yang
diteliti merupakan permasalahan nyata berkaitan dengan pembelajaran yang
dihadapi guru dalam pembelajaran IPA. Permasalahan ini akan dipecahkan melalui
penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL).
Adapun rancangan
pelaksanaan tindakan ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan yang
masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu sebagai berikut:
a. rencana tindakan
b. pelaksanaan
tindakan,
c. observasi
atau evaluasi, serta
d. analisis
dan refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus,
berikut disajikan alur kedua siklus.
Siklus Penelitian Tindakan
(Rianto,
2001:58)
Adapun uraian kegiatan
yang dilaksanakan pada tiap tahap adalah sebagai berikut.
Siklus
I
a.
Perencanaan
Berdasarkan refleksi
awal, dapat dirumuskan beberapa hal yang perlu direncanakan dalam penelitian
ini sebagai berikut.
1) Melakukan
refleksi awal dengan melihat hasil belajar IPA siswa sebelum dilaksanakan
tindakan.
2) Mensosialisasikan
model pembelajaran PBL kepada guru sebagai observer.
3) Melakukan
analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
menyusun silabus dengan menggunakan model pembelajaran PBL
4) Menyiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menerapkan model pembelajaran PBL.
5) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS).
6) Menyiapkan
instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi, dan tes hasil belajar untuk siklus I.
7) Mempersiapkan
media pembelajaran.
b.
Pelaksanaan
Pada tahap tindakan, dilaksanakan
pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahap
perencanaan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Dua kali untuk pembelajaran dan satu kali untuk
tes akhir siklus.
c.
Observasi
dan Evaluasi
Pada tahap observasi, kegiatan yang dilaksanakan
adalah mengamati segala fenomena yang terjadi selama proses tindakan
diantaranya aktivitas belajar siswa (antusiasme, keaktifan, kreatifitas, dan
interaksi) dan kendala-kendala yang dialami dalam penerapan pembelajaran model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran IPA. Aktivitas
belajar siswa diamati dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan
oleh guru sebagai observer pada saat peneliti melaksanakan pembelajaran dan
oleh peneliti saat membimbing kerja kelompok. Pada akhir siklus, dilakukan tes
tertulis berbentuk objektif untuk melihat peningkatan kemampuan siswa berkaiatan
dengan materi yang telah disajikan melalui pernerapan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL).
d.
Repleksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan meyimpulkan data yang diperoleh dari
hasil observasi dan hasil tes yang telah diberikan kepada siswa. Hasil dari
kegiatan ini berupa informasi yang digunakan sebagai dasar untuk merancang
kegiatan yang dilakukan pada siklus II atau siklus berikutnya. Dalam
setiap akhir tindakan atau setiap akhir siklus dilakukan refleksi terhadap
tindakan yang telah dilakukan dengan mengkaji kekurangan-kekurangan dan
kendala-kendala yang dialami untuk dijadikan pertimbangan dalam merancang dan
melaksanakan tindakan pada siklus II atau siklus berikutnya.
Uraian kegiatan
yang dilaksanakan pada tiap tahap untuk siklus berikutnya pada dasarnya sama
seperti uraian kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Setiap
tahap dapat mengalami perubahan sesuai hasil yang diperoleh pada siklus
sebelumnya.
3.
Tekhnik
Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
a. Tekhnik Observasi
Data aktivitas belajar siswa dikumpulkan dengan
lembar observasi. aktivitas belajar siswa yang diamati meliputi antusiasme,
aktivitas selama proses pembelajaran, aktivitas dalam memecahkan masalah, dan
interaksi siswa saat proses pembelajaran. Selain itu, catatan lapangan
digunakan untuk mengetahui segala fenomena penting yang terjadi selama
penerapan model pembelajaran Problem Based Learing (PBL) yang berkaitan dengan
tujuan penelitian. Pencatatan lapangan dilakukan oleh peneliti maupun guru.
Dari hasil observasi yang dilakukan dengan lembar
observasi yang telah dibuat, maka ditetapkan format analisis perkembangan
tingkat aktivitas belajar siswa.
Tabel
02. Kisi-Kisi Instrument Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas
Belajar IPA Siswa dalam Proses Pembelajaran
Nama Siswa :
Hari/Tanggal :
Siklus :
Pertemuan :
Materi Pelajaran :
No.
|
Indikator dan Deskriptor
|
Dilakukan
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1.
|
Antusiasme siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
|
|
|
a.
Siswa mengacungkan tangan terhadap hal yang belum
dimengerti.
b.
Siswa bersemangat mengkomunikasikan hasil kerja.
c.
Melakukan petunjuk yang diberikan peneliti.
|
|
|
|
2.
|
Aktivitas
siswa selama proses pembelajaran.
|
|
|
a.
Siswa aktif berdiskusi dengan teman atau dalam
kelompok.
b.
Siswa aktif melakukan kerja sama.
c.
Siswa aktif menggunakan fasilitas pembelajaran
yang diberikan peneliti.
|
|
|
|
3.
|
Aktivitas siswa dalam memecahkan masalah.
|
|
|
|
a.
Siswa memanipulasi media pembelajaran untuk
memecahkan masalah.
b.
Siswa menemukan berbagai alternatif pemecahan
masalah
c.
Siswa saling bertukar pendapat untuk menemukan
pemecahan masalah.
|
|
|
4.
|
Interaksi siswa selama proses pembelajaran.
|
|
|
|
a.
Siswa memberi tanggapan atas jawaban teman.
b.
Siswa memberi tanggapan atas pertanyaan teman.
c.
Siswa bertanya atau mengemukakan pendapatnya.
d.
Siswa bekerja sama dalam kelompok, saling
menghormati, dan menghargai pendapat teman.
|
|
|
Keterangan : Jika siswa melaksanakan descriptor di atas maka
akan mendapatkan nilai 1, sedangkan jika tidak melakukan maka mendapatkan nilai
0.
b. Teknik Tes
Data
hasil belajar IPA siswa terhadap pemahaman pembelajaran IPA dinilai
dengan melakukan teknik tes. Teknik tes dilakukan pada akhir siklus.
Data hasil belajar IPA dikumpulkan
melalui tes tertulis berbentuk pilihan ganda (objektif). Penggunaan tes pilihan
ganda dimaksudkan untuk dapat mencakup keseluruhan indikator dalam standar
kompetensi. Selain itu, penggunaan tes pilihan ganda digunakan untuk
memudahakan peneliti mengumpulkan data dan memeriksa.
Adapun
kelemahan dari tes pilihan ganda adalah persiapan untuk menyusun jauh lebih
sulit dari pada tes esai karena terdiri dari banyak soal dan harus teliti untuk menghindari
kelemahan-kelamahan yang lain. Hal ini dapat dihindari dengan
memberi bobot pada masing-masing soal. Dalam penelitian ini, tes belajar
terdiri dari 20 soal dengan Skor Maksimal Ideal (SMI) adalah 20. Skor hasil
pekerjaan siswa kemudian dianalisis secara deskriptif.
Setelah melakukan analisis
kurikulum, dalam melaksanakan proses pembelajaran, tentu akan dilaksanakan
penilaian atau evaluasi untuk mengetahui hasil belajar. Oleh sebab itu harus
membuat kisi-kisi soal sebagai prasyarat untuk menentukan validitas isi. Tes
hasil belajar IPA ini akan disusun dalam bentuk objektif dengan jumlah 20 soal.
(Agung ,2010:8).
Tabel
04. Kisi-kisi hasil belajar
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar /
MI
Mata Pelajaran : IPA
Kelas : IV/I
Alokasi Waktu :140 menit
Standar kompetensi : Memahami cara
tumbuhan hijau membuat makanan.
No
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Jenjang Kognitif
|
Bentuk Soal
|
Banyak Butir
|
|||||
|
C1
|
C2
|
C3
|
C4
|
C5
|
C6
|
||||
1
|
Memahami
tumbuhan hijau membuat makanan.
|
Menjelaskan
proses tumbuhan hijau membuat makanan
|
1
|
2
|
1
|
1
|
|
|
Objektif
|
5
|
Mengidentifikasi pengaruh cahaya terhadap tumbuhan hijau
|
1
|
2
|
2
|
|
|
|
Objektif
|
5
|
||
Menjelaskan
makanan hasil fotosintesis disimpan sebagai makanan cadangan
|
1
|
2
|
2
|
1
|
|
|
Objektif
|
6
|
||
Mengidentifikasi
bagian-bagian tumbuhan yang digunakan untuk menyimpan cadangan makanan.
|
1
|
2
|
1
|
|
|
|
Objektif
|
4
|
||
|
Jumlah
Butir
|
4
|
8
|
6
|
2
|
|
|
|
20
|
Diadaptasi
dari Agung (2011)
Kisi-kisi yang disusun untuk menyususn tes hasil belajar
siswa disesuaikan dengan materi pebelajaran IPA yang dipelajari siswa pada semeste dua. Selain menyususn
kisi – kisi tes hasil belajar juga dilakukan pengujian empirik yaitu uji
validitas dan reliabilitas serta tingkat kesukaran dan daya beda terhadap tes
hasil belajar IPA siswa.
a). Uji Validitas
Validitas
berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Menurut Arikunto
(2002:144) “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen”. “Sebuah instrumen dikatakan sahih atau valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan” (Arikunto, 2002:145)
Untuk mengukur validitas tes hasil belajar IPA
digunakan rumus korelasi product moment dengan
angka kasar karena tes hasil belajar IPA siswa bersifat politomi. Adapun rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut (Arikunto, 2002:146)
Keterangan: rxy
= koefisien korelasi suatu butir/item
N = jumlah subyek
X = skor suatu
butir/item
Y = skor total
Soal
yang akan digunakan jika rxy > rtabel pada taraf
signifikan 5%.
b). Uji
Reliabilitas
Menurut
Arikunto (2002:154) reliabel artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan.
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Jadi pada hakekatnya reliabilitas tes adalah menguji
keajegan alat ukur tersebut apabila diberikan berulang kali pada objek yang
sama.
Dalam menguji reliabilitas pada tes yang akan disiapkan untuk mengetahui hasil
belajar IPA siswa, digunakaan uji
konsistensi internal dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.
,
(Arikunto,
1999: 193)
Keterangan: r11
= reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau
banyaknya soal
=
jumlah varian butir/item
=
varian total
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan
menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6.
c).
Tingkat Kesukaran (TK)
Menentukan
taraf kesukaran (TK) digunakan rumus sebagai berikut:
(Arikunto, 2005: 208)
Keterangan:
P = Indeks
kesukaran
B = Banyaknya
siswa yang menjawab soal dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
d).
Daya Pembeda
Menentukan daya
pembeda (DP) digunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya
peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang
menjawab soal dengan benar
BB = Banyaknya
peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
= Proporsi peserta kelompok atas yang
menjawab benar
= Proporsi peserta kelompok bawah yang
menjawab benar
Dengan interprestasi DP sebagaimana terdapat dalam Tabel berikut.
Tabel 3 Interprestasi
atau penafsiran Daya Pembeda (DP)
Daya Pembeda (DP)
|
Interprestasi atau penafsiran DP
|
DP ≥ 0,70
|
Baik sekali (digunakan)
|
0,40 ≤ DP < 0,70
|
Baik (digunakan)
|
0,20 ≤ DP < 0,40
|
Cukup
|
DP < 0,20
|
Jelek
|
Untuk memperjelas uraian tentang variabel, metode dan alat
pengumpulan data serta sumber dan sifat data, dapat disajikan seperti matrik
sebagai berikut.
Tabel 4 Variabel, Metode, Alat, Sumber dan Sifat Data
Variabel
|
Teknik Pengumpulan Data
|
Sumber Data
|
Sifat Data
|
Perilaku Sosial
|
Observasi
|
Siswa
|
Interval ( skor)
|
Hasil Belajar IPA
|
Tes
|
Siswa
|
Interval ( skor)
|
4.
Teknik
Analisis Data
Dalam penelitian ini, untuk menganalisis data
menggunakan teknik analisis statistik deskriptif baik deskriptif kuantitatif
maupun kualitatif. Menurut Agung (2010:8) analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data
yang dilakukan dengan jalan sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau
persentase mengenai suatu objek yang diteliti, sedangkan analisis kualitatif
adalah suatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan menyusun secara
sistematis dalam bentuk narasi atau kalimat/kata-kata mengenai suatu objek.
Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data aktivitas dan hasil belajar
siswa, sebagai berikut:
a.
Mentabulasikan data hasil penelitian
tindakan yang telah diberikan pada setiap akhir siklus baik data aktivitas
belajar dari observasi maupun data hasil belajar siswa dari tes.
b.
Menghitung nilai, rerata aktivitas
belajar dan rerata aktivitas belajar setiap siklus, dengan rumus :
Nilai
aktivitas =
Rerata aktivitas =
Persentase rerata aktivitas siklus =
c.
Setelah mendapatkan persentase rerata
aktivitas belajar setiap siklus, maka hasilnya dikonversikan ke dalam pedoman
konversi nilai absolut di bawah ini:
Tabel.
02. Kriteria aktivitas belajar IPA
Aktivitas
|
Kualifikasi
|
85%-100%
|
Sangat aktif
|
70%-84%
|
Aktif
|
55%-69%
|
Cukup aktif
|
45%-54%
|
Kurang aktif
|
0%-44%
|
Sangat Kurang aktif
|
Diadaptasi
dari Agung (2010:12)
d.
Mencari rerata hasil belajar dan
menentukan persentase ketuntasan klasikal dengan rumus :
Skor hasil belajar =
Rerata
skor siswa (mean) =
Persentase rerata skor siswa =
Ketuntasan
klasikal =
e.
Untuk hasil belajar setelah mendapatkan persentase rerata skor
siswa, maka hasilnya dikonversikan ke dalam pedoman konversi nilai absolute
seperti berikut :
Tabel
06. Kriteria Hasil Belajar Siswa
No
|
Persentase
|
Kriteria Hasil Belajar Siswa
|
5
|
90 – 100
|
Sangat Tinggi
|
4
|
80 – 89
|
Tinggi
|
3
|
65 – 79
|
Sedang
|
2
|
55 – 64
|
Rendah
|
1
|
0 – 54
|
Sangat Rendah
|
Diadaptasi dari Agung (2010)
5.
Indikator
Kinerja
Sebagai tolak ukur keberhasilan
dalam penelitian ini, maka ditetapkan indikator kinerja. Adapun indikator
kinerja penlitian ini sebagai berikut.
a.
Aktivitas belajar IPA siswa pada
katagori aktif pada akhir siklus dalam penelitian ini.
b.
Hasil belajar IPA siswa pada akhir
penelitian ini berada dalam kriteria tinggi dan ketuntasan klasikal hasil
belajar IPA siswa mengalami peningkatan.
J.
Jadwal
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan
di Sekolah Dasar Negeri 8 Kesiman. Dalam rencana penelitian ini, waktu
pelaksanaanya dirancang pada semester genjil tahun 2011/2012 sebagai berikut.
Tabel 05. Jadwal Penelitian di SD Negeri 8
Kesiman.
No
|
Kegiatan
|
Bulan
|
|||||||||||||||||||||
Peb
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
||||||||||||||||||
3
|
4
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
|||||
1
|
Identifikasi Masalah
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
2
|
Pengajuan Judul
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
3
|
Penyusunan Proposal
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
4
|
Seminar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
5
|
Pelaksanaan Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|||
6
|
Analisis Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|||
7
|
Penyusunan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
|||
8
|
Ujian Skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|||
DAFTAR
PUSTAKA
Agung, A. A. Gede. 2010b. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Singaraja: Undiksha Singaraja.
-------,
2010b. Evaluasi Pendidikan.
Singaraja: Undiksha Singaraja.
Anitah,
Sri. 1995. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka
Cipta.
Arnyana,
Ida Bagus Putu.2006 Perencanaan dan Desai
Model-model pembelajaran. Singaraja. Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA
UNDIKSHA.
Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Moedjiono
dan Dimyati. 1992. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : Depdikbud.
Lasmawan (2004). Inovasi pendidikan ilmu sosial. Bandung: Rosdakarya Press
Nurkancana,
Wayan dan Sunartana. 1992. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Santyasa
I Wayan dan Sukadi. 2009. “ Model-model Pembelajaran Inovatif” Makalah
disajikan dalam Pendidikan dan Latihan
Peofesi Guru (PLPG): UNDIKSHA.
Singaraja 7-17 September 2009.
Setiawan,
Denny. dkk. 2007. Komputer dan media
pembelajaran. Jakarta: Universitas terbuka.
Slameto,
2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suastra,
I.W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Buku Ajar. Jurusan Pendidikan Fisika IKIP
Negeri Singaraja.
Sudiman, dkk. 2006. Media Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana,
Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2009. Statistik
untuk Penelitian. Bandung: CV. Alvabea.
Sutriani
Ni Kadek. 2008. Penerapan Model Problem
Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Kelas VIII A SMP N 6 Singaraja. Skripsi ( Tidak Diterbitkan). Jurusan
Pendidikan Matematika, FPMIPA UNDIKSHA.
Trianto.
2007. Model-model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi pustaka.
Wardani, IGAK dan Wihardit, Kuswaya. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Yatim Rianto. 2001. Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: CV. Alvabea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar